Semoga Video Pembelajaran Ini Bermanfaat; Terimakasih
Latifah Geulis
Rabu, 24 Juni 2015
Media Pembelajaran Tentang Tata Cara Shalat Orang Sakit oleh Latifah
Semoga Video Pembelajaran Ini Bermanfaat; Terimakasih
Minggu, 14 Juni 2015
Resume Model Model Pembelajaran
PENCAPAIAN KONSEP – KONSEP
Mempertajam Keterampilan – Keterampilan Berpikir Dasar
Ø Penggolongan, Pembentukan dan Penemuan Konsep
Pencapaian
konsep, merupakan “proses mencari dan
mendaftar sifat- sifat yang dapat di gunakan untuk membedakan contoh- contoh
yang tepat dengan contoh- contoh yang tidak tepat dari berbagai katagori”
(Bruner, Goodnow, dan Austin, 1967). Sementara pembentukan konsep, yang
merupakan proses yang mengharuskan siswa menentukan dasar di mana mereka akan
membangun katagori, maka penemuan konsep mengharuskan mereka
menggambarkan sifat – sifat dari suatu katagori yang sudah terbentuk dalam
pikiran orang lain dengan cara membandingkan dan membedakan dengan contoh –
contoh (disebut eksemplars) yang berisi karakteristilk – karakteristik
(disebut ciri – ciri) konsep itu dengan contoh- contoh yang tidak berisi
karakteristik – karakteristik ini. Untuk merancang pejaran yang memadai, kita
harus memiliki kategori jelas dalam diri kita. Sebagai contoh konsep tentang
adjektif ( kata sifat). Oleh kerena
itu adjektif (contoh contoh
positif) dan beberapa kata yang bukan kata sifat di dalamnya).
Ø Dasar Pemikiran
Dasar pemikiran
mengggunakan istilah seperti contoh (exemplar) dan sifat (attribute)
untuk menggambarkan aktivitas mengatagorisasi dan mencapai konsep. Berasal dari
kajian Bruner tentang konsep- konsep dan bagaimana orang mencapai konsep
tersebut, masing – masing istilah di atas memiliki satu arti dan fungsi
tertentu dalam semua istilah pembelajaran konseptual, khususnya dalam penemuan
konsep.
Contoh – contoh
Pada dasarnya,
contoh contoh merupakan bagian kecil dari koleksi data atau perangkat data.
Kategori ini merupakan bagian kecil atau koleksi dari contoh contoh yang
memiliki satu atau lebih karakteristik yang saling bersebrangan satu sama lain.
Dengan membandingkan contoh- contoh positif dan membedakannya dengan contoh-
contoh negative, maka siswa sebenarnya tengah mempelajari tentang konsep atau
kategori itu sendiri.
Sifat- sifat
Seluruh objek
data memiliki beberapa fitur, dan disebut sebagai attribute (cirri/
sifat/ karakteristik). Negara- Negara misalnya, memiliki beberapa wilayah
dengan perbatasannya, penduduk, dan pemerintah yang dapat berurusan dengan
Negara lain. Kota – kota memiliki perbatasannya, penduduk, dan pemerintah juga,
tetapi mereka tidak dapat secara mandiri berurusan dengan kota lain. Membedakan
Negara dan kota tergantung padabagaimana kita menempatkan sifat- sifat (attributes)
hubungan internasional.
Sifat – sifat
yang essensial (essential attributes) adalah sifat yang penting dan
tepat untuk suatu bidang tertentu. Contoh – contoh dari suatu kategori
seringkali memiliki beberapa sifat yang mungkin tidak selalu cocok dengan
kategori itu sendiri. Misalnya setiap
Negara (katagori) pasti memiliki pohon dan bunga (sifat- sifat), tetapi hal ini
semua tidak tepat untuk mendefinisikan suatu Negara, walaupun semua itu, juga,
mempresentasikan bidang – bidang penting dan dapat dikatagorisasikan dan di
subkatagorikan dengan baik.
Pengertian
penting lain adalah nilai dari sifat itu sendiri. Nilai sifat merajuk pada
tingkatan – tingkatan di mana satu sifat bisa hadir dalam berbagai contoh.
Misalnya, setiap orang pasti memiliki rasionalitas dan irasionalitas yang
seringkali bercampur secara bersamaan.
Sifat – sifat
ganda (attributes) merupakan pertimbangan lain. Konsep – konsep
menjangkau dari kategori yang perlu diidentifikasi dengan beberapa sifat.
Anggota- anggota suatu kategori anak laki- laki yang berambut merah mengharuskan adanya kehadiran kelelakian dan
berambut merah. Anak laki-laki yang berambut merah yang atletik, bergaul dan
pintar merupakan konsep yang
mensyaratkan adanya kehadiran beberapa atribut secara bersamaan.
Konsep- konsep yang didefinisikan oleh adanya satu atau lebih sifat
sebagai konsep – konsep kongjungtif (conjunctive conceps), artinya,
contoh – contoh di hubungkan oleh satu atau lebih karakteristik/ sifat,
sedangkan konsep – konsep disjungtif
(disjunctive conceps) didefinisikan oleh adanya beberapa sifat
dan ketiadaan sifat – sifat yang lain, misalnya udara yang tidak bergerak.
Ø Strategi – Strategi Penemuan Konsep
Saat membandingkan dan memperbedakan jenis hipotesa
yang muncul pertama kali atas contoh – contoh,
ada tiga factor penting yaitu: pertama, membangun latihan- latihan penemuan
konsep, kedua, siswa tidak hanya mampu mendiskripsikan bagaimana mereka
memperoleh konsep, ketiga dengan mengubah cara kita menyajikan informasi dan
sedikit memodifikasi model.
Ada dua cara
yang dapat digunakan untuk mengamati dan memperoleh informasi tentang strategi
yang digunakan siswa untuk mencapai konsep. Pertama, setelah suatu konsep dicapai,
kita dapat meminta mereka menceritakan pemikirannya agar latihan terus berlangsung.
Kedua, kita dapat meminta mereka
untuk menulis hipotesis mereka. Setelah itu mereka diminta menyerahkan pada
kita suatu catatan yang dapat kita analisis.
Orang yang
bersentuhan pertama kali dengan model penemuan konsep seringkali mempertanyakan
fungsi contoh- contoh negative. Mereka bertanya mengapa tidak langsung
memberikan contoh- contoh yang positif
saja, sebenarnya contoh- contoh yang negative diperlukan untuk membantu siswa
mengidintifikasi batasan- batasan konsep, misalnya, konsep impresionisme dalam
lukisan.
Model penemuan
konsep dirancang untuk menghasilkan pembelajaran jangka panjang, misalnya untuk
menentukan apakah suatu objek dapat
disebut sebagai angka prima, zat, Negara berkembang dan ironi dan
sebagainya.
Tenyson dan
rekannya (Tennyson dan Cochiarelle, 1986) telah melaksanakan penelitian penting
tentang pembelajaran konsep dan mengembangkan banyak model yang dapat digunakan
untuk mengembangkan rancangan pengajaran. Tennyson dan Cochiarelle juga
menemukan contoh-contoh positip yang pertama kali disajikan seharusnya
merupakan prototype yang paling jelas, khususnya dalam konsep – konsep
yang bersifat ganda
Data yang
disajikan kepada siswa dalam bentuk seperangkat objek yang disebut dengan
contoh – contoh, misalnya, puisi – puisi. Seperangkat label itu dilabeli dengan
“positif” jika objek- objek tersebut
memiliki karakteristik atau memiliki cirri- cirri konsep yang diajarkan
(contoh, bentuk, sonata) contoh- contoh dilabeli “negative” jika ia tidak
berisi cirri- cirri konsep tadi (seperti, puisi- puisi yang tidak memiliki
cirri-cirri sonata)
Ø Model Pengajaran
·
Struktur
Pengajaran
Tahap pertama melibatkan penyajian data pada pembelajar. Setiap unit data
merupakan “contoh atau noncontoh” konsep yang terpisah unit unit ini disajikan
berpasangan, data yang bisa berupa kejadian, manusia, objek, cerita, gambar
atau unit lain yang dapat dibedakan satu sama lain.
Pada tahap
kedua siswa menguji pertemuan konsep
mereka, pertama- tama dengan identifikasi secara tepat contoh- contoh tambahan
yang tidak dilabeli konsep itu kemudian dengan membuat contoh- contoh mereka
mereka, setelah ini ( guru dan siswa) dapat membenarkan atau tidak membenarkan
hipotesis mereka merevisi pilihan konsep atau sifat sifat mereka tentukan
sebagaimana mestinya.
Tahap ketiga,
siswa mulai menganalisis strategi – strategi dengan segala hal yang mereka
gunakan untuk mencapai konsep.
Ø Sistem Sosial
Sebelum
mengajar dengan model penemuan konsep, guru memilih konsep menyelesaikan dan
mengolah bahan contoh contoh yang
positif dan yang negative, dan merangkai contoh contoh tersebut.
Ada tiga tugas
penting yang harus diperhatikan guru selama aktivitas penemuan konsep, yaitu
mencatat dan merekam, “membisikkan isyarat dan menyajikan data tambahan.
Ø Peran / Tugas Guru
Selama proses
pelajaran, guru harus bersikap simpatik,pada hipotesis yang dibuat oleh siswa
menekankan bahwa hipotesis hipotesis itu merupakan hipotesis alamiyah dan
menciptakan dialog yang didalamnya siswa dapat menguji hipotesis mereka dengan
hipotesis teman temannya yang lain. Dalam tahapan tahapan berikutnya guru harus
mengalihkan perhatian siswa terhadap analisis konsep- konsep dan strategi
strategi berpikir mereka, juga dengan sikap yang simpatik guru seharusnya
menganjurkan pelaksanaan analisis denganberbagai strategi daripada mencoba
mencari satu strategi terbaik untuk semua orang dalam semua situasi.
Ø Sistem Pengajaran
Pelajaran
pelajaran penemuan konsep mensyaratka adanya sajian contoh contoh negative dan
positif pada siswa. Yang harus ditekankan adalah bahwa tugas siswa dalam
penemuan konsep bukan menemukan atau membuat konsep knsep baru, tetapi
mencaapai atau menemukan konsep konsep baru, tetapi mencaai atau mendapatkan
konsep konsep yang sebelumnya yang telah dipilih oleh guru
·
Penerapan
Penerapan model
penemuan konsep akan menentukan bentuk aktivitas pembelajaran tertentu. Dan
model penemuan konsep bisa saja diterapkan pada dan atau oleh para siswa diseluruh tingkatan umur
dan kelas.
Ketika model
ini diterapkan dalam pendidikan anak usia dini, materi untuk membuat contoh
harus selalu tersedia dan perlu sedikit mengambarkan untuk memudahkan mereka
menggunakan cntoh contoh itu.
Model penemuan
konsep mampu, tidak hanya mengenalkan perlunya suatu penelitian untuk bidang- bidang materi pelajaran tetai
juga menigkatkan kajian induktif tanpa henti, pelajaran pelajaran penemuan
konsep yang menyediakan konsep konsep
penting, dalam unit studi social. Konsep konsep seperti demokrasi, sosialisme,
kapitalisme dan hak asasi.
Ø Dampak Dampak Instruksional dan Pengiring
Strategi – stategi penemuan konsep dapat menyempurnakan tujuan –
tujuan inststruksional, bergantung pada tekanan pelajaran tertentu. Strategi –
strategi ini dirancang untuk mengajarkan konsep- konsep yang spesifik dan
sifat- sifat dari konsep itu. Stategi ini juga menyediakan praktek logika
induktif dan kesempatan – kesempatan untuk mengubah dan mengembangkan stategi –
strategi membangun konsep yang dimiliki siswa. Pada akhirnya, khusus pada
konsep- konsep yang abstrak, strategi – strategi ini berusaha mendidik
kesadaran pada perspektif- perspektif alternative, kepekaan pada nalar logis
dalam komunikasi, dan toleransi pada ambigus.
Artikel yang ditulis Robert Gagne pada 1965 seluruhnya membicarakan
suatu pendekatan yang tidak jauh berbeda dengan model penemuan konsep. Merril
dan Tennyson (1977) menggambarkan pendekatan yang sama meskipun tanpa suatu
analisis yang mendalam tentang berpikir. McKinney, Warren, Larkins, Ford, dan
Davis (1983) mencatat suatu rangkaian studi menarik yang membandingkan
pendekatan – pendektan Merrrill / Tennyson dengan pendekatan – pendekatan Gagne
dan prosedur hafalan. Semua studi ini mengilustrasikan kompleksitas studi-
studi perancangan model pengajaran yang
sangat berguna untuk membandingkan seperangkat model yang dibangun
berdasarkan presmis – presmis yang sama
tetapi berbeda dalam rincian pelaksanaannya.
Resume Makalah Dasar, Tujuan, Prinsip Pendidikan Islam
PEMBAHASAN
DASAR SOSIOLOGI DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A.
Pengertian
Sosiologi Secara Umum
Pengetahuan bernama sosiologi tak bisa dilepaskan dengan tokohnya
yaitu Auguste Comte (1798- 1857). Beliau kemudian dikenal sebagai bapak atau
pendiri sosiologi. Secara etemologis, sosiologi berasal dari dua kata Latin
yaitu socius artinya temen, sahabat, kawan: dan logos artinya,
ilmu pengetahuan. Jadi, sosiologi adalah ilmu tentang cara berteman, berkawan,
bersahabat, atau cara bergaul yang baik dalam masyarakat.
Para pakar sosiologi memberikan defenisi tentang sosiologi sebagai
berikut:
·
Alvin
Betrand, “Sosiologi adalah studi tentang hubungan antara manusia (human
relationship).”
·
Mayor
Polok, “Sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat
sebagai keseluruhan, yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia
dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis maupun dinamis.”
·
P.J.
Bouwman, “ Sosiologi adalah ilmu masyarakat umum.”
·
Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, “Sosiologi atau ilmu masyarakat adalah ilmu
yang mempelajari struktur social dan proses social, termasuk perubahan-
berubahan social”.
·
Charles
Ellwod mengemukakan bahwa sosiologi merupakan pengetahuan dan menguraikan
hubungan manusia dan golongannya, asal dan kemajuannya, bentuk dan
kewajibannya.
·
Gustav
Ratzenhover mengemukakan bahwa sosiologi merupakan pengetahuan yang menguraikan hubungan manusia dengan
kewajibannya untuk menyelidiki dasar dan terjadinya evolusi social serta
kemakmuran umum bagi anggota- anggotanya
·
Max
Weber mengemukakan bahwa sosiologi mempelajari tindakan- tindakan social.
·
Auguste
Comte, “Sosiologi merupakan ilmu positif tentang masyarakat sehingga sosiologi
menurutnya merupakan suatu ilmu yang bertujuan mengetahui masyarakat, dan
dengan pengetahuan itu seseorang dapat menjelaskan, meramal dan mengontrol masyarakat.” Artinya sosiologi merupakan
studi ilmiah tentang masyarakat.[1]
B.
Pengertian
Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan berasal dari dua kata, sosiologi dan
pendidikan. Pada awalnya sosiologi berkembang sesuai dengan objek dan tujuannya
sendiri, demikian pula pendidikan. Dengan adanya perkembangan masyarakat yang
begitu cepat dalam segala aspek
kehidupan, memerlukan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan. Sosiologi
tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, demikian pula kalau hanya pendidikan
saja. Perkembangan masyarakat yang sangat kompleks memerlukan ilmu pengetahuan
yang kompleks pula. Salah satunya adalah sosiologi pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, senantiasa memerlukan ilmu-ilmu lain yang
dapat mendukung dan menunjang perkembangan pendidikan, diantaranya sosiologi,
sesuai dengan objek dan subjek pendidikan, yaitu manusia, maka secara langsung
pendidikan membahas tentang prilaku manusia, sehingga bisa menjadi manusia yang
baik, sebagai makhluk social dan individual. Sebagai makhluk individual, pendidikan
memerlukan ilmu psikologi, tetapi sebagai makhluk social, pendidikan memerlukan
ilmu psikologi, tetapi sebagai makhluk social, pendidikan memerlukan ilmu social.
Berdasarkan pemikiran diatas, sosiologi dipahami sebagai ilmu
tentang masyarakat, menurut Emile Durkheim, masyarakat itu terdiri atas
kelompok kelompok manusia yang hidup secara kolektif, kehidupan yang selalu
memerlukan interaksi antara satu dengan yang lain, baik secara individu maupun
kelompok.[2]
Dengan demikian, pada intinya, sosiologi itu adalah ilmu yang mempelajari
hubungan manusia yang hidup di tengah- tengah masyarakat. Unsur utama dalam
sosiologi adalah interaksi, masyarakat, proses, dan kehidupan. Pada umumnya,
interaksi dilakukan oleh dua manusia atau lebih untuk melaksanakan tugas
kehidupan. Tugas kehidupan melalui proses panjang yang harus dijalankan oleh
manusia berdasarkan tujuan dan kebutuhan.
Berdasarkan pengertian sosiologi di atas yang menitik beratkan
kepada hubungan antar manusia, sangat mendukung terhadap proses pendidikan
secara umum. Apabila dilihat dari pengertiannya, pendidikan berasal dari kata
“didik” mendapatkan awalan pe- dan akhiran -an menjadi pendidikan yang
mengandung arti perbuaan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan semula
berasal dari bahasa yunani, yaitu paedagogie yang berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak. Dalam bahasa inggris, pendidikan diterjemahkan dari kata
education yang berarti
pengembangan atau bimbingan . dalam bahasa arab diterjemahkan dari kata tarbiyah.
[3]
Sedangkan sosiologi pendidikan merupakan perpaduan antara sosiologi
dan pendidikan. Berikut pendapat tentang defenisi sosiologi pendidikan:
Ø Menurut dictionary of sociology, sosiologi pendidikan adalah
sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah- masalah pendidikan yang
fundamental.
Ø Menurut Prof. Dr. S. Nasution, sosiologi pendidikan adalah ilmu yang
berusaha untuk mengetahui cara- cara mengendalikan proses pendidikan untuk
mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik
Ø Menurut Ravik Karsidi, sosiologi pendidikan menekankan implikasi
dan akibat social dari pendidikan dan memandang masalah masalah pendidikan dari
sudut totalitas social kebudayaan, politik dan ekonomi bagi masyarakat.
C.
Sosiologi
dalam pendidikan islam
Sosiologi pendidikan dapat didefinisikan dengan dua cara, pertama
sosiologi pendidikan didefinisikan sebagai suatu kajian yang mempelajari
hubungan antar masyarakat, yang didalamnya terjadi interaksi social dengan
pendidikan. Kedua, ssiologi pendidikan didefinisikan sebagai pendekatan
sosiologi terdiri dari konsep, variabel, teori, dan metode yang digunakan dalam
sosiologi untuk memahami kenyataan social, termasuk didalamnya kompleksitas
aktivitas yang berkaitan dengan pendidikan.
Adapun Pendidikan Islam atau Pendidikan Agama Islam merupakan usaha
sadar dan terencana untuk menyiapkan siswa, dalam menyakini, memahamami,
menghayati dan mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran
dan pelatihan. Pendapat lain mengatakan pendidikan islam adalah usaha yang
diarahkan kepadapembentukan kepribadiananak didik yang sesuai dengan ajaran
Islam. Menurut seminar Islam se-indonesia bahwa pendidikan islam adalah sebagai
bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran islam dengan
hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya
semua ajaran islam. Jadi, pendidikan islam adalah proses bimbingan kepada
peserta didik secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan potensi fitrahnya
untuk mencapai kepribadian islam berdasarkan nilai nilai ajaran agama islam.
Secara sedarhana pendidikan Islam dapat diartikan sebagai
pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagai yang tercantum
dalam Al-quran dan Hadits serta dalam pemikiran
para ulama dan dalam praktik sejarah umat islam.
Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi
pendidikan islam adalah perpaduan antara sosiologi dan pendidikan Islam yaitu
kajian untuk memahami hubungan atau gejala social (masyarakat) yang terjadi
dalam interaksi social denga pendidikan Islam, atau berdasarkan ajaran ajaran
Islam.
D.
Ruang
Lingkup dan Pokok- Pokok Sosiologi Pendidikan Islam
Menurut pendapat Ravik Karsidi dan S. Nasution yang mempunyai
pendapat yang sama dalam buku mereka masing – masing tentang ruang lingkup dan
pokok – pokok sosiologi pendidikan, maka data ditarik garis lurus pada
pendidikan Islam yang merupaakan bagian dari pendidikan nasional mempunyai
ruang lingkup dan pokok pokok sosiologi pendidikan Islam.
E.
Tujuan
Sosiologi Pendidikan Islam
Teori social atau sosiologi penting kerena mengangkat
problem-problem social, masalah kondisi manusia dalam modernitas. Teori
melakukan generalisasi, tetapi ini bukan berarti teori perlu melakukan
sistematisasi atau totalitas.
Menurut Damsar, sosiologi pendidikan digolongkan menjadi sosiologi
murni dan sosiologi terapan. Sosiologi pendidikan dengan segala komponen
konseptualnya mendapat sambutan yang positif dari para praktisi pendidikan,
sebagai wujud alternative dalam memperkuat ketahanan social melalui pendidikan.
Sedangkan S Nasution mengungkapkan bahwa tujuan sosiologi pendidikan, sekaligus
bisa diterapkan dalam pendidikan islam antara lain:
§ Sebagai analisis proses sosialisasi
§ Sebagai analisis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
§ Sebagai analisis interaksi social di sekolah dan antara sekolah dan
masyarakat
§ Sebagai alat kemajuan dan perkembangan social
§ Sebagai dasar untuk menentukan tujuan pendidikan
§ Sebagai sosiologi terapan
§ Sebagai latihan bagi petugas pendidikan
F.
Sejarah
Sosiologi Pendidikan
Sejarah sosiologi pendidikan tidak terlepas dari para tokoh peletak
dasar dan fondasi sosiologi pendidikan. Merekalah yang menyumbang teori-teori
yang berhubungan dengan sosiologi pendidikan. Berikut peletak pondasi sosiologi
pendidikan:
Ø Karl Marx ia menyumbangkan pendekatan historis, teori Aliensi,
teori perubahan social, dan tentang agama.
Ø Emile Durkheim sumbangannya adalah pendekatan fungsionalisme
sosiologis, tesis sosialitas social, teori perubahan social, dan teori
moralitas
Ø Max Weber sumbangannya antara lain analisis tipe ideal dan metode Verstehen,
tesis perkembangan kaitalisme, tipologi tindakan social, kewenangan dan
birokrasi.
Ø George Herbert Mead ia menjelaskan tahap perkembangan diri manusia.
Ø Alfred Schutz menurutnya
dalam menjalankan kehidupan sehari- hari seseorang terus menerus menafsirkan
makna subyektif dari orang lain.
Ø Antonio Gramsci ia mengemukakan bahwa pendidikan dilihat memiliki
peran yang strategis dalam mengabsahkan hegemoni yang dominan.
Ø Talcott Parsons Ia
mempepolerkan pendekatan sistematis dalam sosiologi kontemporer
Ø Luois Althusser ia memandang Negara menjadi dominadi atas kelas
buruh seperti polisi, tentara serta aparat ideologinya.
Ø Piera Bourdieu sumbangannya terhadap sosiologi pendidikan adalah
idenya tentang capital yang dihadapkan dengan pendidikan.
Menurut Antonny Giddens bahwa Marx, Durkheim, dan MaxWeber
merupakan tiga tokoh yang menonjol di atas tokoh yang lain yang dapat dijadikan
referensi social modern.[4]
DAFTAR PUSTAKA
Khoiriyah Menggagas Sosiologi Pendidikan Islam Yogyakarta:
Teras, 2012
Moh.
Padil dan Triyo Supriyatno Sosiologi Pendidikan Uin Malang: Maliki
Press, 2010
Rifa’I Muhammad Sosiologi Pendidikan Yogyakarta: Arruzz Media, 2011
Langganan:
Postingan (Atom)