Jumat, 12 Juni 2015

Makalah Dasar, Prinsip dan Tujuan Pendidikan Islam



PEMBAHASAN
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBAGAI MATERI
DAN MEDIA PENDIDIKAN ISLAM
  
IlA ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sebagai Materi Pendidikaan Islam
Dalam kehidupan sehari- hari terdapat istilah yang saling berkaitan, yaitu pengetahuan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan  adalah segala fenomena alam yang dapat dicapai oleh indra kita sedangkan ilmu pengetahuan adalah segala fenmena alam yang dapat dicapai oleh indra kita berdasar penelitian dengan menggunakan metode ilmiah, dan teknologi adalah penerapan ilmu pengetahuan dalam bentuk alat atau wahana kehidupan. Teknologi merupakan produk sains atau (ilmu pengetahuan), dengan teknologi sesuatu yang sulit akan mudah, sesuatu mustahil yang dilakukan menjadi mungkin. Teknologi selain merupakan aktualisasi ilmu pengetahuan, juga sebagai wujud peradapan manusia dengan zamannya. Teknologi yang dihasilkan suatu bangsa tidak selalu sama dengan yang dihasilkan oleh suatu bangsa yang lainnya terhadap pengembangan ilmu, semakin tinggi kepedulian suatu bangsa terhadap perkembangan ilmu, semakin tinggi juga pencapaian teknologinya. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan.[1]
Sedangkan didalam buku Pendidikan Agama Islam Nurhasanah Bakhtiar mengatakan bahwa
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diperoleh/ diketahui manusia. Ilmu pengetahuan adalah ilmu pengetahuan yang diklasifikasikan, diorganisasi, disestimatisasi, dan diinterprestasi, menghasilkan kebenaran objek, teruji kebenarannya dan dapat diulang secara ilmiah.
Secara etemologis, arti ilmu berarti kejalasan. Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Alquran, kata ini digunakan dalam proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Oleh sebab itu orang mempedalam ilmu- ilmu tertentu sebagai ilmu spesialis.
Lebih jelas lagi ada 80 ayat yang mengandung kata ilmu. 63 ayat yang mengandung ajakan untuk berpikir , 45 ayat yang mengandung ajakan untuk melakukan penalaran, pengamatan, memikirkan, menyelidiki dengan seksama, 16 ayat yang menyanjung orang dengan akalnya, dan 24 ayat yang memberikan lampu merah terhadap kebodohan.
Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan pengetahuan. Sesuatu pengetahuan dapat dikatakan ilmu apabila dipenuhi tiga unsur pokok yaitu;
1.      Ontology artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki  objek studi yang jelas
2.      Efestemologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki metode dan kerja yang jelas. Dan
3.      Aksiologi artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau kemanfaatan.
Teknologi merupakan salah satu budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi umat manusia, tetapi juga sebaliknya dapat membawa dampak negative berupa kehancuran alam semesta.
Dalam persfektif Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi  merupakan hasil pengembangan potensi manusia yang diberikan Allah berupa Akal dan Budi, prestasi gemilang dalam pengembangan IPTEKS, pada hakikatnya tidak hanya sekedar menemukan proses sunnatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan menciptakan dan merancang suatu hukum baru diluar sunnatullah ( hukum alam).
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan dan teknologi terdapat hubungan harmonis dan dinamis yang terintegrasi kedalam suatu sistem yang disebut dinul islam.
Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan teknologi dan Allah akan menempatkan posisi orang yang beriman berilmu pada derajat yang mulia. Hal ini dengan jelas ditegaskan dalam Alquran surah al-Mujadalah: 11 yang
Artinya “Allah akan meninggikan orang orang yang beriman dan berilmu diantara kamu beberapa derajat.”  
Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin pada bagian awalnya banyak menjelaskan tentang, keutamaan ilmu dan pembelajaran. Ia menggambakan kedudukan tinggi bagi para ahli ilmu dan para ulama dengan menyetir ayat- ayat Al-quran dan Sabda Rasulullah SAW. Serta perkataan para ahli. Ia mengatakan bahwa makhluk paling mulia dimuka bumi ini adalah manusia, sedangkan tubuh yang paling mulia adalah hatinya. Tugas guru adalah menyempurnakan, mengagungkan, menyucikan dan menuntut anak didik agar selalu dekat kepada Allah SWT. Oleh kerena itu tugas mengajar bukan hanya sekedar ibadah kepada Allah, tetapi juga dalam rangka melaksanakan fungsi manusia sebagai Khalifah Allah dimuka bumi. Orang alim adalah bendaharawan yang mengurus khazanah Allah SWT, bahkan tidurnya orang alim lebih baik dari pada orang yang tidak berilmu.[2]
Khudori Shaleh mengatakan bahwa sebenarnya lembaga pendidikan agama Islam telah mengintegrasikan (memadukan) pendidikan Agama Islam dengan Sains dan teknologi tersebut meskipun dalam pengertian sedarhana. Lembaga pendidikan Islam mulai dari Madrasah ibtidaiyah sampai kepeguruan tinggi memang telah memberikan ilmu-ilmu keagamaan, dan waktu yang sama juga memberikan berbagai disiplin ilmu modern yang diadopsi dari barat. Artinya mereka telah melakukan integrasi antara ilmu dan agama.
Dan pengintegrasian ( memadukan) pendidikan agama islam dengan sains (pengetahuan) dan teknologi dalam rangka memberikan pengertian  secara utuh kepada peserta didik tentang materi pelajaran pendidikan agama islam yang sering disampaikan secara dogmatis dengan mengesampingkan fakta-fakta ilmu pengetahuan dan teknologi. Peserta didik saat ini sangat kritis dan tidak begitu saja menerima pelajaran pendidikan agama islam. Ketika disampaikan tentang haramnya suatu makanan tertentu, maka mereka tidak serta merta menerima namun mereka mempertanyakan tentang keharaman makanan tersebut, dalam kasus seperti inilah peran sains (pengetahuan) diharapkan mampu memberikan penjelasan secara menyeluruh, sehingga antara pendidikan agama islam dan sains dapat saling mendukung dalam memberikan kepahaman bagi peserta didik.
Selain itu, dengan perkembangan teknologi informasi yang demikian pesat juga diharapkan dapat dikembangkannya model-model pembelajaran dan pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Hal ini dengan tujuan untuk memudahkan penyampaian informasi tentang pendidikan agama Islam kepada peserta didik. Tentunya harus didukung dengan sumber daya manusia dan hal ini adalah guru pendidikan agama Islam yang memadai dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.[3]
Disamping itu, Ruang lingkup pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek aspek pengajaran Agama Islam kerena Materi yang terkandung didalamnya merupakan integrasi (perpaduan) yang saling melengkapi  satu dengan yang lainnya.
Apabila dilihat dari segi pembahasannya  maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan disekolah adalah:
a.       Pengajaran keimanan; 
Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut agama islam. Inti dari pengajaran ini adalah tentang rukun islam.

b.      Pengajaran akhlak;
Pengajaran Akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik.

c.       Pengajaran Ibadah;
Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah.

d.      Pengajaran fiqih;
Pengajaran fiqih  adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi tentang segala bentuk hukum islam yang bersumber pada Alquran, sunah dan dalil-dalil syar’I yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum hukum islam dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari hari.

e.       Pengajaran Al-quran
Pengajaran Al-quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Alquran dan mengerti arti kandungan yang terdapat disetiap ayat-ayat Alquran. Akan tetapi praktiknya hanya ayat ayat tertentu yang dimasukkan dalam materi pendidikan agama islam yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.

f.       Pengajaran sejarah islam;
Tujuan dari pengajaran agama islam ini adalah siswa dapat mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan agama islam dari awal sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai agama islam.[4]
Di era gloalisasi agama memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Di zaman modern ilmu pengetahuan dan teknologi dipandang sebagai factor utama dalam mencapai kemajuan bangsa kerena ipteks mendatangkan kemajuan dan membuat kehidupan manusia lebih mudah dan convenient (nyaman). Akan tetapi, pada masyarakat modern lebih cendrung kepada pendewaan terhadap materi. Kecenderungan materialistic mendorong manusia dihadapkan pada budaya kompetetif yang berujung pada kekerasan dan kezhaliman.
Di abad ke-21 lembaga pendidikan Islam diharapkan dapat menjadi pendidikan alternative. Dalam era ilmu pengetahuan dan teknologi, agama sangat relevan bagi kehidupan manusia. Agama menawarkan nilai-nilai yang dapat menciptakan keseimbangan social dan mengeliminir segala bentuk permusuhan, kebencian, kekerasan, dan eksploitasi manusia. Pentingnya agama di abad ke 21 menjadi kekuatan di lembaga pendidikan Islam yang selama ini menjadi ciri khas. Jiwa lembaga pendidikan Islam sebagai “benteng” moral-kultural bangsa Indonesia sangat relevan dengan visi pengembangan dengan pendidikan nasional, yaitu mewujudkan manusia Indonesia yang bertakwa dan produktif.
Abad ke-21 menuntut kualitas manusia yang menguasai iptek dan memiliki keimanan dan ketakwaan yang kokoh sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan mengembangkan peradapan di atas dasar rasionalitas dan etika keagamaan yang humanis. Agama dan rasionalitas akan bertemu. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah manusia yang beriman sekaligus bertakwa. Lembaga pendidikan Islam  dapat mengemban misi ini, misi pendidikan islam tidak tidak hanya menjadi “cagar budaya” atau berperan pada fungsi moral- spiritual tetapi juga sebagai “agent of change” (agen perubahan) sehingga lembaga pendidikan bersifat responsive terhadap tuntunan masa depan.
Dengan demikian, lembaga pendidikan islam dituntut mampu  mengembangkan fungsi edukatif yang diembannya. Lembaga pendidikan tidak hanya bisa memberikan perhatian dan fungsi moral-spiritual, tetapi juga harus mengembangkan fungsi pada aspek ekonomis, politis, dan social budaya tanpa kehilangan ciri keislamannya. Kebutuhan bagi modernisasi menuntut lembaga pendidikan Islam menghasilkan kepemimpinan modernitas dan innovator yang memelihara dan menigkatkan pembangunan; memppersiapkan anak didik memiliki kemampuan mengisi berbagai lapangan peekerjaan; dan memilihara stabilitas dan meningkatkan sosio-kultural bagi pembangunan bangsa.
Tuntutan tersebut membawa implikasi yang cukup mendasar,  terutama pada pengemasan kurikulum dan  proses belajar mengajar. Kurikulum dilembaga pendidikan Islam tidak bisa hanya mengutamakan agama tetapi mengabaikan pengetahuan umum, dan sebaliknya, kurikulum dilembaga pendidikan islam tidak bisa mengutamakan pengetahuan umum dan mengabaikan pendidikan agama sehingga karakter utama pendidikan islam memudar. Jika lembaga islam memberikan porsi yang cukup besar antara keduanya. Kurikulumnya sarat akan muatan sehingga dikhawatirkan hasilnya akan setengah-setengah, oleh kerena itu diperlukan kurikulum yang luas, tetapi terbatas, artinya antara pengetahuan umum dan agama seimbang tetapi tidak sarat akan muatan, oleh kerena itu, diperlukan pengembangan strategi pembelajaran yang bisa mengintegrasikan antara pengetahuan umum dengan pengetahuan agama islam.[5]


B.     Media Pendidikan Islam

Kata media  berasal dari bahasa Latin Medius  yang secara harpiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab media adalah perantara (وشا ئل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar- mengajar cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memperoses dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.
Batasan lain pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian di antaranya akan memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media sering diganti dengan kata mediator menurut fleming adalah penyebab atau alat yang campur tangan dalam dua pihak dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi dan perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama  dalam proses belajar—siswa dan isi pelajaran. Disamping itu mediator dapat juga mencerminkan bahwa setiap sistem pembelajaran yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan pesan pembelajaran.
Heinich dan kawan kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Apabila media itu membawa pesan pesan atau informasi yang bertujuan instrusional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media tersebut disebut media pembelajaran. Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo dalam Latuheru (1993) member batasan media sebagai  semua bentuk perantara yang digunakan oleh semua manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendaapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada yang dituju.
Acapkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1986) dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut dengan media komunikasi. Sementara itu, Gagne’ dan Briggs (1975) secara implicit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat bantu fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tipe recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, telivisi, dan computer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar dan wahana fisik yang mengandung materi intruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dilain pihak, Nation Educatoin Association memberikaan definisi media sebagai bentuk bentuk komunikasi baik tercetak maupun  audio visual dan peralatannya, dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca.
Istilah “Media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari bahasalatin takne  (bahasa inggris art) dan logos  bahasa Indonesia “ilmu”).
Menurut Webster (1983: 105), ‘art’ adalah keterampilan (skill) yang diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi. Dengan demikian, teknologi lebih dari satu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi. Bila dihubungkan dengan pendidikan dan pembelajarn, maka teknologi mempunyai pengertian
“perluasan konsep tentang media, di mana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan atau pekakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi, manajemen yang berhubungan dengan peberapan ilmu”(achsin, 1986;10)
 Beberapa kalangan membagi pengertian teknologi menjadi dua; ada yang dimaksud dengan teknologi tinggi (canggih), dan ada pula yang disebut dengan teknologi tradisional. Sedangkan Teknologi pembelajaran agama sementara masih heavy kekawasan teknologi tradisional.
Dengan demikian, kalau ada teknologi pembelajaran agama misalnya, maka itu akan membahas masalah bagaimana kita memakai media dan alat bantu dalam proses mengajar agama, akan membahas masalah keterampilan, sikap, perbuatan dan strategi mengajarkan agama. Contohnya bisa  seperti alat peraga yaitu tata cara berwudhu, susunan anatomi manusia dan sebagainya.
Ø  Landasan Teoritis Penggunaan Media Pendidikan
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan- berubahan sikap dan prilaku dapat terjadi kerena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang tidak pernah dipelajari/ dialami sebelumnya. Menurut Bruner ada tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/ gambar (ionic), dan pengalaman abstrak (symbolic).
Ø  Ciri-ciri Media Pendidikan
Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga cirri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa apa saja yang dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu ( atau kurang efesien) melkukannya
a.       Ciri Fiksatif
b.      Ciri manipulative
c.       Ciri distributive
Ø  Fungsi media pendidikan
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam belajar, dan bahkan membawa pengaruh pengaruh psikologis siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa, meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Sejalan dengan uraian ini, Yunus (1942:78) dalam bukunya Attarbiyatu watta’lim mengungkap sebagai berikut:

ا نها اعظم تا ثيىر  افى الحو اس واضمن الفهم .... فماراء كمن سمع
Maksudnya: bahwasanya media pembelajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman … orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat dan mendengarnya. Selanjutnya, Ibrahim (196:432) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran kerena:

تجلب السرور للتلا مىذوتجد دنشطهم....انها تساعدعلى تثبىت الحقا ئق فى اذها ن التلا مىذ... انها تحىى... انها تحىى الد رس
Maksudnya: Media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui  semangat mereka… membantu memantapkan pengetahuan pada benak  para siswa serta menghidupkan pembelajaran.
Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual, yaitu
(a). Fungsi Atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
(b).  Fungsi Afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa misalnya informasi yang menyangkut masalah social atau ras.
(c). Fungsi Kognitif  media visual terlihat dari temuan temuan penelitian mengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar memerlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
(d). Fungsi Kompensatris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks dan mengingatnya kembali.
Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.

Ø  Manfaat Media Pendidikan
Menurut Kemp & Dayton (1985:3-4) manfaat dari media yaitu:
1.      Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.
2.      Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.
3.      Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal ppartisipasi siswa, umpan balik, dan penguatan.
4.      Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat kerena kebanyakan media hanya memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan pesan  dan isi pelajaran dalam jumlah cukup banyak dan memungkinkannya dapat diserap oleh siswa.
5.      Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar  sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengatahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.
6.      Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
7.      Sikap positip siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8.      Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif; beban guru untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dikurangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan dan penasehat siswa.
Dale (1969:180 mengemukakan bahwa bahan-bahan audio visual dapat memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses pembelajaran. Guru harus selalu hadir dalam menyajikan materi pembelajaran dengan bantuan media apa saja agar bermanfaat berikut ini dapat direalisasikan yaitu;
1.      Meningkatkan rasa saling ppengertian dan  simpati dalam kelas;
2.      Membuahkan perubahan signifikan tingkah laku siswa;
3.      Menunjukkan hubungan antar matapelajaran dan kebutuhan serta minat siswa dengan meningkatkan moivasi belajar siswa
4.      Membawa kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;
5.      Membuat hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;
6.      Mendorong pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan melibatkan imajinasi dan partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar;
7.      Memberikan umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak yang telah mereka pelajari;
8.      Melengkapi pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu, konsep-konsep yang bermakna dapat dikembangkan;
9.      Memperluas wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan membuat generalisasi yang tepat;
10.  Menyakinkan diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa membutuhkan jika mereka membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
Sudjana &Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa yaitu;
1.      Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2.      Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dipahami oleh siswa dan memungkinnya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
3.      Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbak melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar tiap jam pelajaran;
4.      Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstasikan memerankan, dan lain-lain.
Encyclopedia of Educatinal Research dalam Humalik (1994;15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:
1.      Meletakkan dasar-dasar konkrit untuk berpikir, oleh kerena itu mengurangi verbalisme
2.      Memperbesar perhatian siswa
3.      Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan pembelajaran, oleh kerena itu membuat pelajaran lebih mantap;
4.      Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa;
5.      Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu terutama melalui gambar hidup;
6.      Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan bahasa;
7.      Memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efesiensi keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari uraian dan pendapat beberapa ahli di atas, dapatlah disimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
1.      Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2.      Media belajar dapat mengarahkan dan meningkatkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar.
3.      Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu;
a.       Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung diruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model;
b.      Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak Nampak oleh indera dapat disajikan dengan mikrosop, film, slide, atau gambar.
c.       Kejadian langka yang terjadi masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide disamping secara verbal.
4.      Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa peristiwa dilingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungan, misalnya melalui karyawisata, kunjungan kemusium dll.[6]
Pada dasarnya, Media pendidikan itu sama dengan media pendidikan Islam yang mencakup pengertian media, tujuan, fungsi ataupun manfaatnya. Hanya  saja  media pendidikan islam itu tampilannya dikemas secara islami.



[1] Rois Mahmud , Al-Islam  Pendidikan Agama Islam (Erlangga: 2011)  h. 177-178
[2] Nurhasanah Bakhtiar Pendidikan Agama Islam (Riau: Aswaja Prasindo 2013) h. 133
[3] Khudari Shaleh, Pokok pikiran tentang Pradigma integrasi ilmu dan agama dan intelektualisme islam: melacak akar akar ilmu dan agama (Malang LKQS Uin malang 2007) h. 23
[4] Babam, Suryaman, Pengertian, Dasar, Fungsi, Ruang lingkup pendidikan Agama Islam (PAI) dalam http; www.kosmaext 2010.com. Pengertian- Dasar- Fungsi- Ruang lingkup pendidikan Agama Islam pai.php., diakses 2015-04-21
[5] Abd. Kadir dan Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, (Jakarta: RajaGrapindo Persada, 2014), h. 53
[6] Azhar Arsyad Media Pembelajaran (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014) h. 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar