PEMBAHASAN
ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI SEBAGAI MATERI
DAN MEDIA PENDIDIKAN ISLAM
IlA ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Sebagai Materi Pendidikaan Islam
Dalam kehidupan sehari- hari terdapat istilah yang saling
berkaitan, yaitu pengetahuan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengetahuan
adalah segala fenomena alam yang
dapat dicapai oleh indra kita sedangkan ilmu pengetahuan adalah segala
fenmena alam yang dapat dicapai oleh indra kita berdasar penelitian dengan
menggunakan metode ilmiah, dan teknologi adalah penerapan ilmu
pengetahuan dalam bentuk alat atau wahana kehidupan. Teknologi merupakan produk
sains atau (ilmu pengetahuan), dengan teknologi sesuatu yang sulit akan
mudah, sesuatu mustahil yang dilakukan menjadi mungkin. Teknologi selain
merupakan aktualisasi ilmu pengetahuan, juga sebagai wujud peradapan manusia
dengan zamannya. Teknologi yang dihasilkan suatu bangsa tidak selalu sama
dengan yang dihasilkan oleh suatu bangsa yang lainnya terhadap pengembangan
ilmu, semakin tinggi kepedulian suatu bangsa terhadap perkembangan ilmu,
semakin tinggi juga pencapaian teknologinya. Dalam sudut pandang budaya,
teknologi merupakan satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu
pengetahuan.[1]
Sedangkan didalam buku Pendidikan Agama Islam Nurhasanah Bakhtiar
mengatakan bahwa
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diperoleh/ diketahui
manusia. Ilmu pengetahuan adalah ilmu pengetahuan yang diklasifikasikan,
diorganisasi, disestimatisasi, dan diinterprestasi, menghasilkan kebenaran
objek, teruji kebenarannya dan dapat diulang secara ilmiah.
Secara etemologis, arti ilmu berarti kejalasan. Kata ilmu dengan
berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Alquran, kata ini digunakan dalam
proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. Setiap ilmu membatasi diri
pada salah satu bidang kajian. Oleh sebab itu orang mempedalam ilmu- ilmu
tertentu sebagai ilmu spesialis.
Lebih jelas lagi ada 80 ayat yang mengandung kata ilmu. 63 ayat
yang mengandung ajakan untuk berpikir , 45 ayat yang mengandung ajakan untuk melakukan
penalaran, pengamatan, memikirkan, menyelidiki dengan seksama, 16 ayat yang
menyanjung orang dengan akalnya, dan 24 ayat yang memberikan lampu merah
terhadap kebodohan.
Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan
pengetahuan. Sesuatu pengetahuan dapat dikatakan ilmu apabila dipenuhi tiga
unsur pokok yaitu;
1.
Ontology
artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki objek studi yang jelas
2.
Efestemologi
artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki metode dan kerja yang jelas.
Dan
3.
Aksiologi
artinya bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau kemanfaatan.
Teknologi merupakan salah satu budaya sebagai hasil penerapan
praktis dari ilmu pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa
kemajuan dan kesejahteraan bagi umat manusia, tetapi juga sebaliknya dapat
membawa dampak negative berupa kehancuran alam semesta.
Dalam persfektif Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan hasil pengembangan potensi manusia
yang diberikan Allah berupa Akal dan Budi, prestasi gemilang dalam pengembangan
IPTEKS, pada hakikatnya tidak hanya sekedar menemukan proses sunnatullah itu
terjadi di alam semesta ini, bukan menciptakan dan merancang suatu hukum baru
diluar sunnatullah ( hukum alam).
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan dan teknologi
terdapat hubungan harmonis dan dinamis yang terintegrasi kedalam suatu sistem
yang disebut dinul islam.
Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan teknologi dan Allah
akan menempatkan posisi orang yang beriman berilmu pada derajat yang mulia. Hal
ini dengan jelas ditegaskan dalam Alquran surah al-Mujadalah: 11 yang
Artinya “Allah akan meninggikan orang orang yang beriman dan
berilmu diantara kamu beberapa derajat.”
Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin pada bagian awalnya banyak
menjelaskan tentang, keutamaan ilmu dan pembelajaran. Ia menggambakan kedudukan
tinggi bagi para ahli ilmu dan para ulama dengan menyetir ayat- ayat Al-quran
dan Sabda Rasulullah SAW. Serta perkataan para ahli. Ia mengatakan bahwa
makhluk paling mulia dimuka bumi ini adalah manusia, sedangkan tubuh yang
paling mulia adalah hatinya. Tugas guru adalah menyempurnakan, mengagungkan,
menyucikan dan menuntut anak didik agar selalu dekat kepada Allah SWT. Oleh
kerena itu tugas mengajar bukan hanya sekedar ibadah kepada Allah, tetapi juga
dalam rangka melaksanakan fungsi manusia sebagai Khalifah Allah dimuka bumi.
Orang alim adalah bendaharawan yang mengurus khazanah Allah SWT, bahkan
tidurnya orang alim lebih baik dari pada orang yang tidak berilmu.[2]
Khudori Shaleh mengatakan bahwa sebenarnya lembaga pendidikan agama
Islam telah mengintegrasikan (memadukan) pendidikan Agama Islam dengan Sains
dan teknologi tersebut meskipun dalam pengertian sedarhana. Lembaga pendidikan
Islam mulai dari Madrasah ibtidaiyah sampai kepeguruan tinggi memang telah
memberikan ilmu-ilmu keagamaan, dan waktu yang sama juga memberikan berbagai
disiplin ilmu modern yang diadopsi dari barat. Artinya mereka telah melakukan
integrasi antara ilmu dan agama.
Dan pengintegrasian ( memadukan) pendidikan agama islam dengan
sains (pengetahuan) dan teknologi dalam rangka memberikan pengertian secara utuh kepada peserta didik tentang
materi pelajaran pendidikan agama islam yang sering disampaikan secara dogmatis
dengan mengesampingkan fakta-fakta ilmu pengetahuan dan teknologi. Peserta
didik saat ini sangat kritis dan tidak begitu saja menerima pelajaran
pendidikan agama islam. Ketika disampaikan tentang haramnya suatu makanan
tertentu, maka mereka tidak serta merta menerima namun mereka mempertanyakan
tentang keharaman makanan tersebut, dalam kasus seperti inilah peran sains
(pengetahuan) diharapkan mampu memberikan penjelasan secara menyeluruh,
sehingga antara pendidikan agama islam dan sains dapat saling mendukung dalam
memberikan kepahaman bagi peserta didik.
Selain itu, dengan perkembangan teknologi informasi yang demikian
pesat juga diharapkan dapat dikembangkannya model-model pembelajaran dan
pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Hal ini dengan tujuan untuk memudahkan penyampaian informasi tentang
pendidikan agama Islam kepada peserta didik. Tentunya harus didukung dengan
sumber daya manusia dan hal ini adalah guru pendidikan agama Islam yang memadai
dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.[3]
Disamping itu, Ruang lingkup pendidikan Agama Islam juga identik
dengan aspek aspek pengajaran Agama Islam kerena Materi yang terkandung
didalamnya merupakan integrasi (perpaduan) yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam
yang umum dilaksanakan disekolah adalah:
a.
Pengajaran
keimanan;
Pengajaran
keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek kepercayaan, dalam hal
ini tentunya kepercayaan menurut agama islam. Inti dari pengajaran ini adalah
tentang rukun islam.
b.
Pengajaran
akhlak;
Pengajaran
Akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada pembentukan jiwa, cara
bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar
mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik.
c.
Pengajaran
Ibadah;
Pengajaran
ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata cara
pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah
dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan
tujuan pelaksanaan ibadah.
d.
Pengajaran
fiqih;
Pengajaran
fiqih adalah pengajaran yang isinya
menyampaikan materi tentang segala bentuk hukum islam yang bersumber pada
Alquran, sunah dan dalil-dalil syar’I yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah
agar siswa mengetahui dan mengerti tentang hukum hukum islam dan
melaksanakannya dalam kehidupan sehari hari.
e.
Pengajaran
Al-quran
Pengajaran
Al-quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat membaca Alquran dan mengerti
arti kandungan yang terdapat disetiap ayat-ayat Alquran. Akan tetapi praktiknya
hanya ayat ayat tertentu yang dimasukkan dalam materi pendidikan agama islam
yang disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.
f.
Pengajaran
sejarah islam;
Tujuan dari
pengajaran agama islam ini adalah siswa dapat mengetahui tentang pertumbuhan
dan perkembangan agama islam dari awal sampai zaman sekarang sehingga siswa
dapat mengenal dan mencintai agama islam.[4]
Di era gloalisasi agama memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Di zaman modern ilmu pengetahuan dan teknologi dipandang sebagai
factor utama dalam mencapai kemajuan bangsa kerena ipteks mendatangkan kemajuan
dan membuat kehidupan manusia lebih mudah dan convenient (nyaman). Akan
tetapi, pada masyarakat modern lebih cendrung kepada pendewaan terhadap materi.
Kecenderungan materialistic mendorong manusia dihadapkan pada budaya kompetetif
yang berujung pada kekerasan dan kezhaliman.
Di abad ke-21 lembaga pendidikan Islam diharapkan dapat menjadi pendidikan
alternative. Dalam era ilmu pengetahuan dan teknologi, agama sangat relevan
bagi kehidupan manusia. Agama menawarkan nilai-nilai yang dapat menciptakan
keseimbangan social dan mengeliminir segala bentuk permusuhan, kebencian,
kekerasan, dan eksploitasi manusia. Pentingnya agama di abad ke 21 menjadi
kekuatan di lembaga pendidikan Islam yang selama ini menjadi ciri khas. Jiwa
lembaga pendidikan Islam sebagai “benteng” moral-kultural bangsa Indonesia
sangat relevan dengan visi pengembangan dengan pendidikan nasional, yaitu
mewujudkan manusia Indonesia yang bertakwa dan produktif.
Abad ke-21 menuntut kualitas manusia yang menguasai iptek dan
memiliki keimanan dan ketakwaan yang kokoh sehingga mampu meningkatkan
kesejahteraan dan mengembangkan peradapan di atas dasar rasionalitas dan etika
keagamaan yang humanis. Agama dan rasionalitas akan bertemu. Manusia Indonesia
yang dicita-citakan adalah manusia yang beriman sekaligus bertakwa. Lembaga
pendidikan Islam dapat mengemban misi
ini, misi pendidikan islam tidak tidak hanya menjadi “cagar budaya” atau
berperan pada fungsi moral- spiritual tetapi juga sebagai “agent of change”
(agen perubahan) sehingga lembaga pendidikan bersifat responsive terhadap
tuntunan masa depan.
Dengan demikian, lembaga pendidikan islam dituntut mampu mengembangkan fungsi edukatif yang
diembannya. Lembaga pendidikan tidak hanya bisa memberikan perhatian dan fungsi
moral-spiritual, tetapi juga harus mengembangkan fungsi pada aspek ekonomis,
politis, dan social budaya tanpa kehilangan ciri keislamannya. Kebutuhan bagi
modernisasi menuntut lembaga pendidikan Islam menghasilkan kepemimpinan
modernitas dan innovator yang memelihara dan menigkatkan pembangunan;
memppersiapkan anak didik memiliki kemampuan mengisi berbagai lapangan
peekerjaan; dan memilihara stabilitas dan meningkatkan sosio-kultural bagi
pembangunan bangsa.
Tuntutan tersebut membawa implikasi yang cukup mendasar, terutama pada pengemasan kurikulum dan proses belajar mengajar. Kurikulum dilembaga
pendidikan Islam tidak bisa hanya mengutamakan agama tetapi mengabaikan
pengetahuan umum, dan sebaliknya, kurikulum dilembaga pendidikan islam tidak
bisa mengutamakan pengetahuan umum dan mengabaikan pendidikan agama sehingga
karakter utama pendidikan islam memudar. Jika lembaga islam memberikan porsi
yang cukup besar antara keduanya. Kurikulumnya sarat akan muatan sehingga
dikhawatirkan hasilnya akan setengah-setengah, oleh kerena itu diperlukan
kurikulum yang luas, tetapi terbatas, artinya antara pengetahuan umum dan agama
seimbang tetapi tidak sarat akan muatan, oleh kerena itu, diperlukan
pengembangan strategi pembelajaran yang bisa mengintegrasikan antara
pengetahuan umum dengan pengetahuan agama islam.[5]
B.
Media
Pendidikan Islam
Kata media berasal
dari bahasa Latin Medius yang
secara harpiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab
media adalah perantara (وشا ئل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dalam pengertian ini, guru, buku teks dan lingkungan
sekolah merupakan media. Secara lebih khusus pengertian media dalam proses
belajar- mengajar cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis,
atau elektronis untuk menangkap, memperoses dan menyusun kembali informasi
visual dan verbal.
Batasan lain pula dikemukakan oleh para ahli yang sebagian di
antaranya akan memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran
yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Disamping sebagai
sistem penyampai atau pengantar, media sering diganti dengan kata mediator
menurut fleming adalah penyebab atau alat yang campur tangan dalam dua pihak
dan mendamaikannya. Dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi dan
perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar—siswa dan isi pelajaran.
Disamping itu mediator dapat juga mencerminkan bahwa setiap sistem pembelajaran
yang melakukan peran mediasi, mulai dari guru sampai kepada peralatan yang
paling canggih, dapat disebut media. Ringkasnya media adalah alat yang
menyampaikan atau mengantarkan pesan pesan pembelajaran.
Heinich dan kawan kawan (1982) mengemukakan istilah medium sebagai
perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Apabila media
itu membawa pesan pesan atau informasi yang bertujuan instrusional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran maka media tersebut disebut media
pembelajaran. Sejalan dengan batasan ini, Hamidjojo dalam Latuheru (1993)
member batasan media sebagai semua
bentuk perantara yang digunakan oleh semua manusia untuk menyampaikan atau
menyebar ide, gagasan, atau pendaapat sehingga ide, gagasan atau pendapat yang
dikemukakan itu sampai kepada yang dituju.
Acapkali kata media pendidikan digunakan secara bergantian dengan
istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik
(1986) dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan
hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut dengan media
komunikasi. Sementara itu, Gagne’ dan Briggs (1975) secara implicit mengatakan
bahwa media pembelajaran meliputi alat bantu fisik digunakan untuk menyampaikan
isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tipe recorder, kaset, video
camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, telivisi, dan
computer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar dan wahana fisik
yang mengandung materi intruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar. Dilain pihak, Nation Educatoin Association memberikaan
definisi media sebagai bentuk bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual dan peralatannya, dengan
demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca.
Istilah “Media” bahkan sering dikaitkan atau dipergantikan dengan
kata “teknologi” yang berasal dari bahasalatin takne (bahasa inggris art) dan logos bahasa Indonesia “ilmu”).
Menurut Webster (1983: 105), ‘art’ adalah keterampilan (skill) yang
diperoleh lewat pengalaman, studi dan observasi. Dengan demikian, teknologi
lebih dari satu ilmu yang membahas tentang keterampilan yang diperoleh lewat
pengalaman, studi dan observasi. Bila dihubungkan dengan pendidikan dan
pembelajarn, maka teknologi mempunyai pengertian
“perluasan konsep tentang media, di mana teknologi bukan sekedar
benda, alat, bahan atau pekakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan,
organisasi, manajemen yang berhubungan dengan peberapan ilmu”(achsin, 1986;10)
Beberapa kalangan membagi
pengertian teknologi menjadi dua; ada yang dimaksud dengan teknologi tinggi
(canggih), dan ada pula yang disebut dengan teknologi tradisional. Sedangkan Teknologi
pembelajaran agama sementara masih heavy kekawasan teknologi
tradisional.
Dengan demikian, kalau ada teknologi pembelajaran agama misalnya,
maka itu akan membahas masalah bagaimana kita memakai media dan alat bantu
dalam proses mengajar agama, akan membahas masalah keterampilan, sikap,
perbuatan dan strategi mengajarkan agama. Contohnya bisa seperti alat peraga yaitu tata cara berwudhu,
susunan anatomi manusia dan sebagainya.
Ø Landasan Teoritis Penggunaan Media Pendidikan
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan- berubahan
sikap dan prilaku dapat terjadi kerena interaksi antara pengalaman baru dengan
pengalaman yang tidak pernah dipelajari/ dialami sebelumnya. Menurut Bruner ada
tiga tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive),
pengalaman pictorial/ gambar (ionic), dan pengalaman abstrak (symbolic).
Ø Ciri-ciri Media Pendidikan
Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga cirri media yang
merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa apa saja yang dilakukan oleh
media yang mungkin guru tidak mampu ( atau kurang efesien) melkukannya
a.
Ciri
Fiksatif
b.
Ciri
manipulative
c.
Ciri
distributive
Ø Fungsi media pendidikan
Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan dalam belajar, dan bahkan membawa
pengaruh pengaruh psikologis siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap
orientasi pembelajaran akan sangat membantu keektifan proses pembelajaran dan
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan
motivasi siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa, meningkatkan
pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran
data, dan memadatkan informasi. Sejalan dengan uraian ini, Yunus (1942:78)
dalam bukunya Attarbiyatu watta’lim mengungkap sebagai berikut:
ا نها اعظم تا ثيىر افى الحو اس واضمن الفهم .... فماراء كمن سمع
Maksudnya: bahwasanya media pembelajaran paling besar
pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman … orang yang
mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa
yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat dan mendengarnya. Selanjutnya,
Ibrahim (196:432) menjelaskan betapa pentingnya media pembelajaran kerena:
تجلب السرور للتلا مىذوتجد
دنشطهم....انها تساعدعلى تثبىت الحقا ئق فى اذها ن التلا مىذ... انها تحىى... انها
تحىى الد رس
Maksudnya: Media pembelajaran membawa dan membangkitkan rasa
senang dan gembira bagi murid-murid dan memperbaharui semangat mereka… membantu memantapkan
pengetahuan pada benak para siswa serta
menghidupkan pembelajaran.
Levie & Lentz (1982) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual, yaitu
(a). Fungsi Atensi media visual merupakan inti, yaitu
menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi
pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai
teks materi pelajaran.
(b). Fungsi Afektif media
visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau
membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi
dan sikap siswa misalnya informasi yang menyangkut masalah social atau ras.
(c). Fungsi Kognitif media visual terlihat dari temuan temuan
penelitian mengungkapkan bahwa lambing visual atau gambar memerlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang
terkandung dalam gambar.
(d). Fungsi Kompensatris media pembelajaran terlihat dari
hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks
dan mengingatnya kembali.
Dengan kata lain, media pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan
siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan
dengan teks atau disajikan secara verbal.
Ø Manfaat Media Pendidikan
Menurut Kemp & Dayton (1985:3-4) manfaat dari media yaitu:
1.
Penyampaian
pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat atau mendengar
penyajian melalui media menerima pesan yang sama. Meskipun para guru
menafsirkan isi pelajaran dengan cara berbeda-beda, dengan penggunaan media
ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat
disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian, latihan, dan
aplikasi lebih lanjut.
2.
Pembelajaran
bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai penarik perhatian dan
membuat siswa tetap terjaga dan memperhatikan.
3.
Pembelajaran
menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip
psikologis yang diterima dalam hal ppartisipasi siswa, umpan balik, dan
penguatan.
4.
Lama
waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat kerena kebanyakan media hanya
memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan pesan dan isi pelajaran dalam jumlah cukup banyak
dan memungkinkannya dapat diserap oleh siswa.
5.
Kualitas
hasil belajar dapat ditingkatkan bilamana integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat
mengkomunikasikan elemen-elemen pengatahuan dengan cara yang terorganisasikan
dengan baik, spesifik dan jelas.
6.
Pembelajaran
dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media
pembelajaran dirancang untuk penggunaan secara individu.
7.
Sikap
positip siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar
dapat ditingkatkan.
8.
Peran
guru dapat berubah kearah yang lebih positif; beban guru untuk penjelasan yang
berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan dikurangkan
sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses
belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan dan penasehat siswa.
Dale (1969:180 mengemukakan bahwa bahan-bahan audio visual dapat
memberikan banyak manfaat asalkan guru berperan aktif dalam proses
pembelajaran. Guru harus selalu hadir dalam menyajikan materi pembelajaran
dengan bantuan media apa saja agar bermanfaat berikut ini dapat direalisasikan
yaitu;
1.
Meningkatkan
rasa saling ppengertian dan simpati
dalam kelas;
2.
Membuahkan
perubahan signifikan tingkah laku siswa;
3.
Menunjukkan
hubungan antar matapelajaran dan kebutuhan serta minat siswa dengan
meningkatkan moivasi belajar siswa
4.
Membawa
kesegaran dan variasi bagi pengalaman belajar siswa;
5.
Membuat
hasil belajar lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa;
6.
Mendorong
pemanfaatan yang bermakna dari mata pelajaran dengan melibatkan imajinasi dan
partisipasi aktif yang mengakibatkan meningkatnya hasil belajar;
7.
Memberikan
umpan balik yang diperlukan yang dapat membantu siswa menemukan seberapa banyak
yang telah mereka pelajari;
8.
Melengkapi
pengalaman yang kaya dengan pengalaman itu, konsep-konsep yang bermakna dapat
dikembangkan;
9.
Memperluas
wawasan dan pengalaman siswa yang mencerminkan pembelajaran nonverbalistik dan
membuat generalisasi yang tepat;
10.
Menyakinkan
diri bahwa urutan dan kejelasan pikiran yang siswa membutuhkan jika mereka
membangun struktur konsep dan sistem gagasan yang bermakna.
Sudjana &Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran
dalam proses belajar siswa yaitu;
1.
Pembelajaran
akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2.
Bahan
pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga lebih dipahami oleh siswa dan
memungkinnya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
3.
Metode
mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbak melalui
penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak
kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar tiap jam pelajaran;
4.
Siswa
dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengar
uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan,
mendemonstasikan memerankan, dan lain-lain.
Encyclopedia of Educatinal Research dalam Humalik (1994;15) merincikan manfaat media pendidikan sebagai
berikut:
1.
Meletakkan
dasar-dasar konkrit untuk berpikir, oleh kerena itu mengurangi verbalisme
2.
Memperbesar
perhatian siswa
3.
Meletakkan
dasar-dasar yang penting untuk perkembangan pembelajaran, oleh kerena itu
membuat pelajaran lebih mantap;
4.
Memberikan
pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan
siswa;
5.
Menumbuhkan
pemikiran yang teratur dan kontinyu terutama melalui gambar hidup;
6.
Membantu
tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan bahasa;
7.
Memberikan
pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efesiensi
keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari uraian dan pendapat beberapa
ahli di atas, dapatlah disimpulkan beberapa manfaat praktis dari penggunaan
media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
1.
Media
pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat
memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2.
Media
belajar dapat mengarahkan dan meningkatkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar.
3.
Media
pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu;
a.
Objek
atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung diruang kelas dapat
diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model;
b.
Objek
atau benda yang terlalu kecil yang tidak Nampak oleh indera dapat disajikan
dengan mikrosop, film, slide, atau gambar.
c.
Kejadian
langka yang terjadi masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat
ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide disamping secara verbal.
4.
Media
pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang
peristiwa peristiwa dilingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dengan guru, masyarakat dan lingkungan, misalnya melalui
karyawisata, kunjungan kemusium dll.[6]
Pada dasarnya, Media pendidikan itu
sama dengan media pendidikan Islam yang mencakup pengertian media, tujuan,
fungsi ataupun manfaatnya. Hanya
saja media pendidikan islam itu
tampilannya dikemas secara islami.
[1] Rois Mahmud , Al-Islam
Pendidikan Agama Islam (Erlangga:
2011) h. 177-178
[2] Nurhasanah
Bakhtiar Pendidikan Agama Islam (Riau: Aswaja Prasindo 2013) h. 133
[3] Khudari
Shaleh, Pokok pikiran tentang Pradigma integrasi ilmu dan agama dan
intelektualisme islam: melacak akar akar ilmu dan agama (Malang LKQS Uin
malang 2007) h. 23
[4] Babam,
Suryaman, Pengertian, Dasar, Fungsi, Ruang lingkup pendidikan Agama Islam
(PAI) dalam http; www.kosmaext 2010.com.
Pengertian- Dasar- Fungsi- Ruang lingkup pendidikan Agama Islam pai.php.,
diakses 2015-04-21
[5] Abd. Kadir dan
Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, (Jakarta: RajaGrapindo Persada,
2014), h. 53
[6] Azhar Arsyad Media
Pembelajaran (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014) h. 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar