Jumat, 12 Juni 2015

Makalah Pendalaman Materi Pai SKI MTs






BAB I

PENDAHULUAN



A. TUJUAN

Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah merupakan salah satu mata pelajaran yang menelaah tentang asal-usul, perkembangan, peranan kebudayaan/ peradaban Islam dan para tokoh yang berprestasi dalam sejarah Islam di masa lampau, mulai dari perkembangan masyarakat Islam pada masa Nabi Muhammad SAW dan Khulafaurrasyidin, Bani ummayah, Abbasiyah, Ayyubiyah sampai perkembangan Islam di Indonesia.

Secara substansial, mata pelajaran Sejarah Kebudayan Islam memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sejarah kebudayaan Islam, yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak, dan kepribadian peserta didik. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya mempelajari landasan ajaran, nilai-nilai dan norma-norma Islam yang telah dibangun oleh Rasulullah SAW dalam rangka mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.

b. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan.

c. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah.

d. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah Islam sebagai bukti peradaban umat Islam di masa lampau.

e. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengambil ibrah dari peristiwa-peristiwa bersejarah (Islam), meneladani tokoh-tokoh berprestasi, dan mengaitkannya dengan fenomena sosial, budaya, politik, ekonomi, iptek dan seni, dan lain-lain untuk mengembangkan kebudayaan dan peradaban Islam.[1]

B. Ruang Lingkup Mata Pelajaran di Madrasah Tsanawiyah

1. Ruang lingkup Sejarah Kebudayan Islam di Madrasah Tsanawiyah meliputi:

a. Pengertian dan tujuan mempelajari sejarah kebudayaan Islam

b. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Makkah

c. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Madinah

d. Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin

e. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Ummayah

f. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah

g. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al Ayyubiyah

h. Memahami perkembangan Islam di Indonesia.[2]































BAB II

PEMBAHASAN

PENDALAMAN MATERI SKI DI MADRASAH TSANAWIYAH

A. Standar Kompetensi

1. Memahami Perkembangan Islam Pada Dinasti Abbasiyah

B. Kompetensi Dasar

1.1 Menceritakan sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah

1.5 Meneladani ketekunan dan kegigihan Bani Abbasiyah

C. Indicator

1.1 Siswa Mampu Menceritakan sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah

1.5 Siswa Mampu Meneladani ketekunan dan kegigihan Bani Abbasiyah

D. Materi

a. Keruntuhan Dinasti Umayyah

Beberapa sebab runtuhnya Dinasti Umayyah adalah sebagai berikut.

1. Figur Khalifah yang Lemah

Pemindahan ibu kota dari Madinah ke Damaskus merupakan sebab awal munculnya factor kelemahan ini. Seperti diketahui, Damaskus merupakan ibu kota Kerajaan Byzantium, akibaatnya, kehidupan bangsawan byzantium mulai memengaruhi dan akhirnya menjadi gaya hidup keluarga dinasti Bani Umayyah. Mereka terbiasa menjalani kehidupan mewah dan jauh dari gaya hidup islami seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw.

Hal itu menyebabkan figure-figur khalifah merupakan figure yang lemah. Ada lima khalifah yang besar yang mampu memerintah yang kuat, mereka adalah; Muawiyah, Abdul Malik, Al-walid I, Umar II, dan Hisyam. Hisyam adalah negarawan besar kelima dari dinasti ummayyah.

Sebelum masa Hisyam, seperti yang ditunjukkan oleh Yazid II, para khalifah bahkan menghabiskan waktu dengan berburu dan minum anggur. Mereka lebih sibuk dengan music dan syair- syair daripada Al-qur’an dan urusan Negara. Kerena harta kekayaan yang melimpah, jumlah budak menjadi berlebihan. Akhirnya mereka tidak bisa menggendalikan hidupnya

Para khalifah juga tidak bisa membanggakan darah banggsawan Arab murnii. Yazid tiga merupakan khalifah islam yang pertama yang ibunya seorag budak belian yang dimerdekakan semua itu telah melemahkan semangat dan daya juang keluarga Dinasti Umayyah.

2. Hak Istemewa Bangsa Arab Suriah

Umayyah bin khalaf merupakan moyang Dinasti Umayyah yang telah lama menetap di suriah jauh sebelum islam datang, untuk itu kehidupan bani ummayyah tidak bisa dilepaskan dari orang-orang suriah. Selanjutnya, dinasti ummayyah membentuk kelas- kelas social dan tingkat masyarakat.

Tentara suriah adalah kekuatan utama meliter Dinasti Umayyah sebagai sumber kekuatan, mereka memperoleh bagian terbesar dan harta rampasan perang. Masyarakat Suriah pada umumnya juga mendapat hak istemewa itu. Tidak mengherankan apabila kemudian terjadi kesenjangan social yang dalam masyarakat suriah dan golongan lainnya.

Keadaan itu menimbulkan kecemburuan kaum muslimin Arab di Madinah, Mekah, dan Irak. Mereka memang dibebaskan dari beban membayar pajak yang dipikulkan kepada orang- orang muslimin non Arab (Mawali) dan non muslim. Akan tetapi, kehidupan mereka tidak lebih baik di banding dengan keluarga- keluarga Suriah.

Kecemburuan yang lebih besar ditunjukkan oleh orang-orang muslim non arab pada umumnya lebih khusus lagi adalah orang – orang islam Persia. Khalifah-khalifah bani umayyah bahkan menunjukkan sikap yang bermusuhan kepada mereka untuk memperoleh persamaan dibidang ekonomi dan social pupus sudah. Kedudukan mereka bahkan diturunkan menjadi mawali, yaitu orang-orang yang tergantung kepada nasibnya pada majikan mereka, orang-orang arab. Mereka mengeluh atas perlakuan itu dan memandangnya sebagai hal yang tidak sesuai dengan prinsip- prinsip dan ajaran islam.



3. Pemerintah yang Tidak Demokratis dan Korup



Pada masa khulafaurrasyidin,pemelihan khalifah dilakukan secara musyawarah dan demokratis. Dalam Perjanjian ‘Amul-Jama’ah’ antara Hasan bin Ali dan Muawi’yah. Muawi’yah menganggapi pemilihan khalifahnya sesudahnya dilakukan dengan musyawarah dan pemilihan yang demokratis dari umat Islam. Namun Mu’awiyah mengingkari janji itu. Ia menunjuk anaknya Yazid bin Muawiyah, sebagai putra mahkota dan khalifah sesudahnya. Hal itu berlangsung secara turun temurun.

Di samping mengkhianai isi perjanjian ‘Amul-Jama’ah penunjukan itu juga berlawanan dengan rinsip senioritas dalam pemilihan pimpinan di kalangan Bangsa Arab. Pemimpin adalah orang yang tertua yang dianggap paling mampu dan berpengalaman. Akibatnya, beberapa khalifah dinasti umayyah bukan berasal dari garis keturunan Mu’awiyah. Contohnya adalah marwan. Keadaan lebih sulit lagi ketika Marwan juga menginginkan anaknya, Abdul malik sebagai khalifah sesudahnya, selain itu Marwan juga merencanakan Abdul Aziz anaknya yang lain sebagai khalifah sesudah malik, hal itu tentu saja membuat keadaan diistana serta pemerintahan menjadi tidak stabil serta mengancam kelangsungan dinasti bani umayyah. Keadaan itu membuat administrasi pemerintahan terlelaikan. Hal itu juga mendorong para pejabatanya melakukan korupsi dan mementingkan diri sendiri. Pemerintahan menjadi lamban dan tidak efesien. Rakyat makin tidak menyukai pemerintahan dinasti umayyah, akibatnya penentang pun bermunculan dimana- mana.

4. Persaingan Antar Suku

Persaingan antar suku sudah lama menjadi cirri bangsa Arab. Sikap pilih kasih Dinasti Umayyah kembali memunculkan hal itu. Suku- suku arab terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu bangsa arab utara yang disebut Qaisy atau Mudari dan bangsa arab selatan disebut bangsa arab yamani atau himyari. Dalam pertikaian itu. Dinasti umayyah mendukung suku arab yamani yang lebih cocok dengan mereka. Serangkaian peperangan antara dua suku arab itu sangan memperlemah kekuatan Dinasti Umayyah.



b. Berdirinya Dinasti Abbasiyah



Semua keadaan diatas menjadi permasalahan yang sulit dipecahkan oleh pemerinntah bani umayyah. Sekitar awal abad ke 8 (720 M) pemerintahan dinasti umayyah telah tersebar luas. Kelompok- kelompok merekaa yang tidak puaas bermunculan. Kelompok kelompok itu adalah

1. Kelompok muslim non arab (Mawali) yang memprotes kedudukan mereka sebagai Negara kelas dua di bawah muslim arab;

2. Kelompok Khawarij dan Syiah yang menganggap Dinasti Umayyah sebagai peramas khalifah;

3. Kelompok muslim Arab di mekkah, Madinah dan Irak yang merasa sakit hati atas status istemewa penduduk Suriah;

4. Kelompok muslim yang saleh, baik Arab maupun non- Arab yang memandang keluarga dinasti umayyah telah bergaya hidup mewah dan jauh dari jalan hidup islami.

Kelompok kelompok tersebut membentuk suatu kekuatan gabungan yang dikoordinadi oleh keturunan Abbas, Paman Nabi Muhammad Saw. Untuk mencari dukungan yang luas, kelompok Abbasiyah melakukan Propaganda yang mereka sebut sebagai usaha dakwah. Gerakan dakwah dimulai ketika Umar bin Abdul Aziz memimpin dengan adil. Ketentraman dan keadilan Negara memberi kesempatan kepada gerakan Dinasti Abbasiyah untuk menyusun dan merencanakan kegiatannya di al-Humaymah.

Pemimpin gerakan itu adalah Ali bin Abdulah bin Abbas. Dia kemudian digantikan oleh anaknya, Muhammad. Ia memperluas Dinasti dan menetapkan tiga kota sebagai pusat gerakan. Ketiga kota itu adalah Al-Humaymah sebagai pusat perencanaan dan organisasi, khufah sebagai kota penghubung dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis. Muhammad meninggal pada tahun 743 Mdan digantikan oleh anaknya, Ibrahim Al-imam. Ia kemudian menunjuk seorang Khurasan sebagai panglima perangnya, yaitu Abu Muslim al- Khurasani.

Abu Muslim al-khurasani adalah seorang pemuda yang menetapkan bakat kepemimpinan dan keberanian yang luar biasa. Padahal pada waktu ditunjuk sebagai panglima Ibrahim al-Imam, ia hanya berusia 19 tahun. Ia mencapai sukses besar di Khurasan. Ia berhasil menarik simpati sebagian besar penduduk. Pernah dalam sehari , ia berhasil mengumpulkan peduduk dari sekitar 60 desa di sekitar merv. Banyak tuan tanah dipersia (dihkam) yang mengikutinya. Ia berkampanye untuk memunculkan rasa kebersamaan diantara golongan Awaliyah (keturunan Ali), Golongan Syiah, dan orang-orang Persia untuk menantang dinasti umayyah yang telah menindas mereka. Abu Muslim al-Khurasani mengajak mereka bekerjasama dalam gerakan abbasiyah untuk mengembalikan ke khalifahan kepada golongan Bani Hasyim, baik dari keturunan Abbas bin Abdul Muthalib maupun keturunan ali bin Abi thalib.

Sebelum Abu Muslim al-Khurasani diangkat sebagai anglima perang, gerakan dibawah dilakukan secara diam-diam. Para da’i dikirim keberbagai penjuru wilayah Islam dengan menyamar sebagai pedagang atau jamaah haji. Hal itu dilakukan kerena belum berani melawan Dinasti Umayyah secara terang-terangan. Setelah Abu Muslim al-Khurasani diangkat sebagai panglima perang, Ibrahim al-Imam mendorong Abu Muslim al-Khurasani untuk merebut Khurasan dan menyingkirkan orang- orang arab yang mendukung Dinasti Umayyah pada tahun 747 M. rencana ini diketahui oleh penguasa Dinasti Umayyah. Ibrahim al-Imam ditangkap dan dihukum oleh khalifah Marwan II. Kepemimpinan gerakan Dinasti Abbasiyah kemudian dipegang oleh saudaranya, Abdulah bin Muhammad, yang dikenal sebagai Abbas as-syafah. Ia tetap memberi kepercayaan kepada Abu Muslim al-Khurasani untuk menjadi panglima perangnya dan memimpin peranan Khurasan. Sementara itu, Abu ja’far al-mansyur, Isa bin Musa bin Muhammad, dan Abdulah bin Ali memimpin gerakan di kufah, damaskus, palestina, Yordania, dan daerah bagian barat, Wilayah Dinasti Umayyah.

Abu Muslim al-Khurasani segera memulai gerakannya. Dengan pandai ia memanfaatkan pertentangan antara suku Arab Qaisy dan suku Arab Yamani yang berlangsung sejak zaman khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Pada masa itu orang- orang yaman mendapatkan kedudukan yang baik di Khurasan. Hal ini disebabkan Gebernur itu berasal dari Khurasan saat itu berasal dari suku Arab Yamani, yaitu As,ad bin Abdullah al-Qasri. Sementara itu, orang-orang arab qaisy disisihkan dari pemerintahan sehingga mereka tidak menyukai orang-orang Yaman. Sebaliknya ketika Gubernur Khurasan dijabat oleh orang-orang Qaisy, orang- orang Yaman disingkirkan.

Pada waktu Abu muslim al-Khurasani memulai gerekannya, Gubernur Khurasan dijabat oleh Nasr bin Sayyer yang berasal dari suku Arab Qaisy. Abu Muslim al-khurasani kemudian mendekati al-Kirmani, Pemimpin Suku Yamani Khurasan. Dengan siasat adu domba, Gubernur Nasr bin Sayyer berhasil dikalahkan. Dengan bantuan orang-orang Yaman pula, Abu Muslim al-Khurasani berhasil menduduki kota Merv dan Nisabur.

Sementara itu Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh Kahbata, Seorang jendral Abu Muslim al-Khurasani, maju kesebalah barat. Ia didampingi oleh Khalid bin Barmak, pendiri warga Barmakid. Mereka menyebrangi sungai Eufrat dan sampai kemedan Karbala, tempat Husain bin Ali gugur dalam pertempuran. Pertempuran dahsyat pun berkobar. Gubernur dinasti Umayyah di Irak bernama Yazid berhasil dikalahkan . namun kahbata gugur dalam tentara pertempuran itu, komando diambil alih Hasan bin Kahbata. Tentara dinasti Abbasiyah akhirnya yang berhasil menguasai Kufah.

Dibagian timur, tentara Dinasti Abbasiyah terus bergerak maju. Pada tahun 749 M, putra Khalifah Marwan dikalahkan Abu Ayun, seorang panglima Dinasti Abbasiyah. Khalifah Marwan II akhirnya. Ia mengerahkan 120.000 tentaranya dan menyebrangi sungai Tigris serta menuju Zab Hulu dan Zab Besar. Tentara Dinasti berhasil dikalahkan. Marwan II melarikan diri dan Damaskus pun jatuh ketangan Dinasti Abbasiyah. Marwan II diburu dari satu tempat ketempat yang lain. Ia ditemukan di Mesir dan dibunuh disana.

Abu Abbas as-Saffah kemudian dibaiat sebagai khalifah di masjid Kufah pada tahun 750 M. menurut para ahli sejarah, perpindahan khalifah pada dinasti abbasiyah lebih dari sekedar pergantian dinasti. Kejadian itu merupakan revolusi dalam sejarah islam, yaitu suatu titik balik yang sama pentingnya dengan Revolusi Prancis dan Revolusi Rusia dalam sejarah Barat.

c. Perkembangan Islam pada Masa Dinasti Abbasiyah

1. Peta Wilayah Islam

Pada masa pemerintahan bani Abbasiyah, kekuasaan Islam bertambah luas dengan pusat pemerintahan di Bagdad. Perluasan kekuasaan dan pengaruh Islam bergerak kewilayah Timur Tengah, India, dan perbatasan Cina. Ini terjadi pada masa pemerintahan khalifah Al- mahdi (158- 169 H). penguasaan Byzantium terhadap Islam pada masa Khalifah al-Mansyur dapat ditangkis oleh tentara Islam pada masa Khalifah al-Mansyur dapat ditangkis oleh tentara Islam pada tahun 138H. pada tahun 165H, di masa khalifah al-Mahdi, umat Islam berhasil memasuki selat Bosporus yang membuat Ratu Irene menyerah dan berjanji membayar upeti. Pada dinasti Abbasiyah ini wilayah islam sangat luas, yaitu meliputi wilayah yang dikuasai oleh bani umayyah antara lain Saudi Arabia, Yaman Utara, Yaman Selatan, Oman, Uni Emirat Arab, Kuwait, irak, iran, Yordania, Palestina, (Israel), Lebanon, mesir, libia, Tunisia, Aljazair, Maroko, Spanyol, Afganistan dan Pakistan. Daerah- daerah tersebut memang belum sepenuhnya berada di wilayah Bani Umayyah. Namun pada Zaman dinasti Abbasiyah perluasan daerah dan penyiaran islam semakin berkembang sehingga meliputi daerah Turki, wilayah- wilayah arminea , daerah sekitar laut kaspia, wilayah bagian baat india, dan tengah, serta wilayah-wilayah perbatasan cina barat.

Sikap politik Daulat Abbasiyah berbeda dengan Daulat Bani umayyah, pada daulat Bani Abbasiyah pemegang kekuasaan lebih merata, bukan hanya dipegang oleh bangsa Arab. Pemerintah lebih demokratis dan melihat kekuasaan itu harus dibagi- bagi dalam segala kekuasaan masyarakat. Oleh sebab itu, bangsa Persia juga diberi wewenang untuk memegang kekuasaan, begitu juga bangsa turki dan lainnya. Para pengusaha dalam menjalankan kekuasaannya, lebih mengutamakan pembangunan wilayah yang dikuasai.

Adapun kebijakan yang diambil adalah sebagai berikut:

a. Para khalifah tetap keturunan Arab, sedang para mentri, gubernur, panglima dan pegawai diangkat dari suku Persia.

b. Kota bagdad sebagai ibu kota dijadikan kota internasional untuk segala kegiatan ekonomi, politik, social dan budaya sehingga berkumpullah berbagai bangsa Arab, Persia, Romawi, India, Zindi, Bar- bar, dan sebagainya.

c. Ilmu pengetahuan dipandang ilmu yang sangat mulia, dan berharga. Para khalifah membuka kesempatan pengembangan ilmu pengetahuan seluas- luasnya.

d. Rakyat bebas berpikir serta memperoleh hak asasinya dalam segala bidang, seperti akidah, ibadah, filsafat, dan ilmu pengetahuan.

e. Para menteri keturunan Persia diberi hak penuh untuk menjalankan pemerintahan sehingga mereka memegang peranan penting dalam memajukan kebudayaan islam.

f. Daulat Abbasiyah berbakat usaha khalifah yang sungguh-sungguh membangun ekonominya.

g. Dari segi social, yang meliputi susunan masyarakat keluarganya, kehidupan pribadi, dan sebagainya disusun sebagai berikut.

Masyarakat dibagi atas dua kelompok, yaitu kelompok umum dan kelompok khusus

Ø Kelompok khusus terdiri atas keluarga khalifah, keluarga khalifah, membesar Negara, bangsawan dan petugas- petugas Negara.

Ø Kelompok umum terdiri atas seniman, ulama, fuqaha, pujangga, saudagar, pengusaha, kaum buruh dan para petani.

Pada masa daulat Abbasiyah, rakyat terdiri dari berbagai suku bangsa sehingga banyak percampuran dalam perkawinan yang menghasilkan keturunan indo yang disebut Taolid. Bahkan, banyak juga khalifah yang keturunan Taolid tersebut seperti Khalifah musa al-Hadi, Harun ar-Rasyid, Ma’mun, Mu’tasyim, dan lain- lainnya. Demikian juga dikalangan para ulama, seniman dan tentara.

h. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, para khalifah mendukung kegiatan tersebut sehingga banyak buku- buku yang dikarang dalam berbagai ilmu pengetahuan. Di samping itu banyak pula pengetahuan buku berbahasa asing yang diterjemahkan kedalam bahasa arab. Banyak sekali orang muslim yang berkecimpung dalam dunia pengetahuan, baik ditimur maupun di barat(Andalusia) sehingga kota bagdad, basrah dan kufah, Damaskus, Fushot, Andalus dan Kordova menjadi pusat ilmu yang ramai dikunjungi para mahasiswa dan sarjana dari timur maupun barat (eropa). Mesjid dan madrasah dijadikan tempat mempelajari ilmu.

2. Keadaan Daerah dan Kerajaan- Kerajaan di Luar Islam dan Kaitannya dengan Perkembangan Pengaruh Islam

Pada zaman Abbasiyah, perkembangan Islam meliputi sekitar kerajaan- kerajaan Islam yang besar, yaitu kerajaan Islam di Andalusia, yang dikuasai oleh Abdul Rahman ad-Dakhil dan raja-raja sesudahnya dari keturunan Daulah Bani Umayyah. Dengan adanya kekuasaan Islam di sana, daerah, daerah kekuasaan Islam menjadi besar dan dunia Islam menjafi amat luas.

Dunia islam yang amat luas itu menjadi super power yang terpancang pada dua bagian, yakni bagian Timur adalah Islam di Andalusia, yang dikuasai oleh Bani Abbasiyah, yang pengaruhnya sampai ke Persia, Arabia, india, Afrika Utara dan Negara-negara Asia, Yunani, bahkan sampai ke Eropa Timur,. Sementara disebalah Barat, adalah dunia islam yang dikuasai oleh Bani Umayyah, yang sangat berpengaruh terhadap negeri-negeri eropa, sampai keeropa barat.

Perkembangan Islam yang melebarkan sayapnya keluar daerah Islam tersebut, banyak berkaitan dengan kekuasaan yang sedang berdiri pada kerajaan- kerajaan non islam, baik dieropa timur maupun di Eropa Barat Maupun Persia dan India. Oleh kerena itu banyak, hal yang dilakukan oleh para pemimpin Islam ketika itu. Suatu kebijakan dengan politik luar negeri raja-raja Islam yang menghadapi kekuatan dari raja- raja islam yang menghadapi kekuatan dari raja-raja di luar daerah islam.

Ketika Abbasiyah dibawah kekuasaan Khalifah Abu Ja’far al- Mansyur tahun 138 H, Kaisar Byzantium menyerang wilayah Negeri Syam. Hal tersebut menHal tersebut menyebabkan terjadi peperangan antara Byzantium dan Abbasiyah. Namun, serangan Byzantium itu dapat ditangkis oleh pasukan al-mansyur sehingga terjadi peletakan setnjata selama 7 tahun.

Ketika Abbasiyah di bawah kekuasaan al-Mahdi pada tahun 163 H, Syiria kembali diserang Byzantium, hingga lascar Islam menjadi kocar- kacir. Khaliah al-Mahdi menugaskan Panglima Harun ar-Rasyid yang dibantu oleh Kalid al-Barmaky. Tentara ini dapat membalas serangan dan menumbangkan musuh hingga dapat mengusai benteng terkuat Byzantium, yakni benteng Smala. Kemudian ar-Rasyid sebagai putra alMahdi, kemudian menguasai daerah baru Byzantium sampai keselat Bosporus sehingga Harun ar- Rasyid dapat memaksa Ratu Irene membayar upeti setiap tahun kepada daulat islam sebesar 90 ribu dinnar pada tahun 165 H. selain itu, terjadi pula peletakan senjata kedua belah pihak selama tiga tahun.

Setelah al-Mindi wafat dan diganti Harun ar-Rasyid, Raja-Raja Byzantium selalu mengadakan kerusuhan mengganggu batas kerajaan islam. Mengetahui hal tersebut, Harun ar-Rasyid memerintah panglimanya yang berbangsa Turki untuk menghadapi masalah tersebut. Pada tahun 181 H, daerah Anggora, pulau Kreta, Cyprus, dan kota Heraclitus, dapat diduduki . Byzantium member upeti sebagai pihak yang kalah terhadap Harun ar-Rasyid. Bahkan, kota Tursos diambil sebagai pusat markas tentara islam.

Pada waktu pemerintah al-mu’tasim (223H), ia membalas penyerangan Byzantium. Kekuatan islam dikota tursus itu mampu meluas dan mengambil daerah baru, sampai ke kota Amuria. Kota besar di asia kecil hingga kota itu lepas dari ikatan kerajaan Byzantium

3. Kekuatan Raja-Raja Andalusia, Spanyol, Eropa Barat

Pada saat pemerintahan Abbasiyah, selain dari kekuatan Islam Andalusia di bawah kekuasaan Bani Umayyah, di Eropa Barat juga masih kuat bercokol raja-raja Kristen di bawah raja- raja gothia barat. Al-mansur sering menggunakan siasatnya agar Raja-raja Eropa Barat tidak bergabung dengan eropa timur, untuk melawan Abbasiyah. Oleh kerena itu, abbasiyah di bawah khalifah al- mansyur, tahun 138 H, bersahabat dengan pipyn, raja prancis dengan bertukar duta dan bingkisan agar ia menghadapi Abdur Rahman di Andalusia. Begitu juga ketika pemerintahan al-Mahdi, ia bersahabat dengan Raja Eropa Barat, Karel de Grote tahun 165H.

Rupanya kekuatan Abbasiyah itu lebih besar daripada Umayyah di Andalusia. Oleh sebab itu, Harun ar-Rasyid, juga dapat menggunakan politik luar negerinya. Ia menjalin ikatan dengan Karel de Grote, dengan mengadakan perjanjian baha Karel akan menghadapi bani umayyah dan Harun ar-Rasyid dapat peluang banyak menghadapi Byzantium tahun 181 H.

4. Kekuatan Daerah Africa

Daerah afrika utara tidak senang dengan kekuasaan bani umayyah II Andalusia tidak mampu mempengaruhinya. Oleh kerena itu ketika Abbasiyah berkuasa, afrika telah melepas diri dari damsyik sebab perlakuan Bani ummayyah terhadap mereka tak ubahnya seperti rakyat jajahan. Selanjutnya mereka mendirikan kekuasaan sendiri dibawah kekuasaan Amir-amir Barbar dapat dikuasai Abbasiyah dibawah pimpinan al-Mansyur tahun 155 H.

5. Kekuatan Daerah Hindustan

Ketika Abbasiyah dikuasai al-Mahdi, siapkan tentaranya untuk memasuki tanah Hindustan pada tahun168 H. di sana mereka menghadapi peperangan, tetapi kerena badai mengamuk, banyak yang meninggal akibat badai teluk Persia. Pasukan tersebut sempat menghancurkan patung-patung dan kuil- kuil hindu di Hindustan.

Hal yang sangat penting adalah perkembangan pengaruh Islam yang sangat luas`terhadap bangsa eropa. Daerah daerah di eropa Timur dikuasai oleh Abbasiyah. Sementara itu di barat raja-raja dari khalifah bani umayyah dapat menguasai daerah daerah eropa. Banyak pengetahuan yang di dapat dari bangsa eropa dan bangsa yunani yang dapat berguna bagi kemajuan pengetahuan islam yang akhirnya membuat islam berpengaruh dan kuat disbanding Eropa. Bahkan, orang-orang Eropa banyak yang masuk Islam.

# Latihan Soal#

A. Berilah tanda (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang paling benar!

1. Kejayaan Dinasti Umayyah tercapai pada masa khalifah….

a. Al- Walid bin Abdul Malik

b. Mu’awiyah bin Abu Sufyan

c. Marwan bin al-Hakam

d. Yazid bin Mu’awiyah

2. Pusat pemerintahan Dinasti Umayyah terletak di kota yang merupakan bekas ibu kota Byzantium, yaitu….

a. Isahan

b. Konstantinopel

c. Damaskus

d. Bagdad

3. Pengaruh negative dari kerajaan Byzantium yang masuk dari kerajaan Dinasti Umayyah adalah….

a. Suka berperang

b. Gaya hidup mewah

c. Suka melancong

d. Membangun istana yang megah

4. Dari beberapa khaligfah Dinasti Ummayyah berikut ini tidak termasuk khalifah yang kuat adalah….

a. Yazid bin Mu’wiyah

b. Abdul Malik bin Marwan

c. Mu’awiyah bin Abu Sufyan

d. Walid bin Abdul Malik

5. Khalifah Islam pertama yang ibunya budak belian adalah….

a. Sulaiman I

b. Sulaiman II

c. Yazid I

d. Yazid II

6. Gerakan dakwah Dinasti Abbasiyah dimulai pada masa pemerintahan….

a. Yazid bin Muawiyah

b. Abdul Malik bin Marwan

c. Umar bin Abd Aziz

d. Marwan bin Muhammad

7. Gerakan dakwah Dinasti Abbasiyah dimulai di Kota….

a. Damaskus

b. Madinah

c. Mekah

d. Al-humaymah

8. Pada awalnya gerakan dakwah dinasti Abbasiyah dipimpin oleh….

a. Ali bin Abdullah bin Abbas

b. Abu Muslim al-Khurasani

c. Abu Abbas as-saffah

d. Abu ja’far al-Mansyur

9. Panglima perang Dinasti Abbasiyah yang sangat berjasa dalam usaha mengalahkan Dinasti Umayyah adalah….

a. Ali bin Abd bin Abbas

b. Abu Muslim al-Khurasani

c. Abu Abbas as-Saffah

d. Abu ja’far al-mansyur

10. Peperangan yang mengakhiri kekuasaan Dinasti Umayyah adalah….

a. Perang Jamal

b. Perang Karbala

c. Perang Zab

d. Perang Nasibin

11. Pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah berada di kota….

a. Isfaham

b. Konstatinopel

c. Bagdad

d. Damaskus

12. Wilayah kekuasaan Dinasti Abbasiyah sampai wilayah timur Asia, India, dan perbatasan Cina ketika diperintah oleh khaliah

a. Al-hadi

b. Al-mahdi

c. Sulaiman I

d. Sulaiman II

13. Penyerangan Byzantium terhadap khaliah al-Mansyur dapat ditangkis oleh tentara islam pada tahun….

a. 136 H

b. 137 H

c. 138 H

d. 139 H

14. Pada masa Dinasti Abbasiyah wilayahnya sangat luas meliputi daerah-daerah berikut ini, kecuali ….

a. Yaman utara

b. Yaman selatan

c. Oman

d. Madinah

15. Sikap politik Dinasti Abbasiyah cendrung Kearah….

a. Demokrasi

b. Otokrasi

c. Republic

d. Kerajaan

B. Jawablah Pertanyaan-Pertanyaan Secara Singkat dan Tepat!

1. Jelaskan sebab-sebab lemahnya khalifah- khalifah Dinasti Umayyah!

2. Sebutkan tiga khalifah Dinasti Umayyah ang kuat!

3. Sebutkan tiga kota yang menjadi basis perlawanan Dinasti Abbasiyah!

4. Jelaskan usaha- usaha yang dilakukan oleh Abu Muslim al-Khurasani!

5. Mengapa gerakan dakwah Dinasti Abbasiyah dapat berkembang pada Massa khalifah umar bin abdul aziz?

6. Jelaskan bahwa sistem politik dinasti Abbasiyah bersifat demokratis!

7. Terangkan siapa yang termasuk susunan masyarakat keluarga dari kelompok ummum!

8. Terangkan susunan masyarakat keluarga dari kelompok khusus!

9. Buktikan para khalifah mendukung perkembangan ilmu pengetahuan!

10. Bagaimana Kisah Harun ar-Rasyid dapat menguasai Byzantium![3]



E. Analisis Pembahasan

Ø SK dan KD

Dalam pembahasan bab ini membahas bab tentang “Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah, pada bagian SK dan KD permenag (pemerintah) dengan SK dan KD penulis sudah sesuai, akan tetapi pemakalah menemukan adanya pembahasan materi pada sub-sub babnya tidak berurutan, menurut pemakalah seharusnya pada bagian SK dan KD dari pemerintah dengan SK dan KD penulis haruslah disesuaikan baik itu pada urutan sub-sub babnya, maupun materinya.

Ø Indikator

Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik pesertadidik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.

Pada pendalaman materi bab “Dinasti Abbasiyah” diharapkan siswa mampu meneladani ketekunan dan kegigihan Dinasti Abbasiyah, untuk itu siswa harus mampu memahami sub bab materi perkembangan Dinasti Abbasiyah terlebih dahulu, sehingga siswa dapat mengetahui ketekunan dan kegigihan apa saja yang dapat diambil dari materi yang mereka pelajari.

Dalam tahapan ini seorang gurulah yang harus aktif untuk mengeksplore sejauh mana pengetahuan siswa tentang materi yang akan dipelajari, dengan mengaktifkan/ menggali pengetahuan yang dimiliki siswa tersebut pelajaran akan lebih bermakna.

Dan pada bagian SK dan KD permenag hanya mencantumkan 2 sub pembahasan tetapi didalam materi ada sub bab tambahan, jadi indikatornya bisa disesuaikan dengan Materi.



Ø Materi

Berdasarkan buku SKI untuk kelas VIII yang di tulis oleh H. Darsono dan T. Ibrahim dengan judul “Dinasti Abbasiyah” Pada Bab I Materi yang disampaikan sudah cukup secara umum akan tetapi pemakalah menemukan adanya pembahasan tentang bab lain (bani Umayyah) yang seharusnya tidak dimuat dalam pembahasan ini (bani Abbasiyah) jikapun hanya sekedar mengingat materi yang lalu, sudah cukup dengan flashback tentang materi yang sudah dipelajari sebelumnya, dengan proses Tanya jawab sebelum masuk ke pembelajaran pada bab yang akan dipelajari tersebut. Kerena pembahasan tentang “Dinasti Abbasiyah” cukup banyak, untuk itu akan lebih baik dan efektif untuk membahas materi selanjutnya yang berkenaan dengan tema/ sub materi yang akan dipelajari, dengan melihat waktu yang yang hanya tersedia 2 X 45 menit perminggu adalah waktu yang cukup untuk membahas materi tersebut, tanpa mengulang bab materi yang sudah dipelajari.

Sebagai media pendukung dalam penyampaian materi pembelajaran salah satunya yaitu dengan CD film pembelajaran yang relevan, walaupun sekolah mempunyai LCD kalau tidak memiliki CD film pembelajaran, maka materi pembelajaran khususnya materi tentang “Perkembangan Islam Pada Masa Dinasti Abbasiyah, tidak bisa maksimal disampaikan, kalaupun sekolah tersebut tidak memiliki LCD bisa menggunakan Gambar- Gambar yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari, menampilkan peta daulah yang berhubungan dengan bab pembahasan.

Salahsatu hal yang sangat mempengaruhi terhadap tercapainya suatu tujuan pembelajaran adalah minat baca siswa yang tinggi. Walaupun maksimal seorang guru menyampaikan materi pelajaran bila minat siswa rendah maka hasil belajar siswa juga rendah. Apalagi Mata pelajaran SKI menuntut siswa untuk mendalami materi dengan cara membaca, memahami dan mengingat seperti tokoh, tanggal dan sebagainya.

Ø Metode

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.[4]

Pada pembelajaran SKI biasanya seorang guru mata pelajaran sering menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, diskusi kelompok, inkuiri serta pengamatan, metode yang digunakan oleh guru tersebut sudah tepat, akan tetapi menurut pemakalah pada pembelajaran SKI ini akan lebih tepat/ cocok menggunakan metode Timeline (garis waktu) yaitu menggambarkan perjalanan peristiwa dari satu kurun atau priode tertentu, bisa juga dengan metode bantuan alat pandang dengar (Audio- Visual) seperti ditanyangkannya film tentang materi yang diajarkan, dengan memberi penugasan kepada siswa dengan seksama untuk memerhatikan alur cerita yang mereka tonton dengan menulis sebuah laporan tentang ringkasan materi yang dibahas tersebut lebih tepat untuk meningkatkan minat baca siswa yang rendah, penugasan kepada siswa bisa individual maupun kelompok dengan menggunakan IT, Gambar-gambar yang ditanyangkan[5].

Ø Evaluasi

Menurut Wand and Brown Evaluasi yaitu Suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu, sesuai dengan pendapat tersebut maka evaluasi hasil belajar dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu priode tertentu.[6]

Dari hasil analisa pemakalah evaluasi hasil dari pembelajaran SKI haruslah sesuai dengan ketetapan kurikulum pemerintah. Akan tetapi pemakalah menganalisa bahwa antara materi dengan evaluasi tersebut belum sesuai atau kurang tepat, kerena terdapat materi dan soal-soal latihan yang membahas pembahasan diluar materi yang dipelajari. Solosinya guru harus bisa memilah memilih bentuk apa latihan yang sesuai dengan indicator yang dipelajari sebelumnya oleh siswa sehingga ada kesesuaian antara materi dengan evaluasi (soal-soal) contohnya bisa menggunakan latihan secara lisan atau dengan Multiple choice.

Pada soal pilihan ganda no 4,5,6,8,9 dan pertanyaan essay pada no 2,4, dan 5 seharusnya tidak perlu, kerena berbicara tentang tokoh, tahun dan tempat itu pasti membosankan, menurut pemakalah soal-soal sejarah lebih ditekankan yang tersisa dari sejarah itu sendiri yang masih ada pada masa sekarang atau masa kekinian.









































BAB III

PENUTUP



Kesimpulan

1. Materi pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Tsanawiyah yaitu menggambarkan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa kemasa dalam usaha bersyariah( Ibadah dan Muamalah) dan berakhlak serta mengembangkaan sistem kehidupannya yang berlandaskan akidah.

2. Ruang Lingkup Pembelajaran SKI Mts meliputi

a. Pengertian dan tujuan mempelajari sejarah kebudayaan Islam

b. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Makkah

c. Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW periode Madinah

d. Memahami peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin

e. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Ummayah

f. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah

g. Perkembangan masyarakat Islam pada masa Dinasti Al Ayyubiyah

Memahami perkembangan Islam di Indonesia

3. Dalam proses pembelajaran diperlukan metode dan evaluasi yang tepat, guna menghasilkan hasil belajar yang optimal dan kesulitan yang dialami siswa dapat diatasi.























DAFTAR PUSTAKA



H. Darsono dan T Ibrahim Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII Madrasah Tsnawiyah, Aqila Tiga Serangkai Pustaka Mandiri 2008.

http// macam- macam metode pembelajaran. Com diakses tanggal 23-03-15

Lampiran Peraturan menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Jakarta: Kencana, 2007.

Wayun Nurkancana dan PPN Sunartana Evaluasi Hasil Belajar Surabaya: Usaha

Nasional, 2000.










[1] Lampiran Peraturan menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008, h. 45




[2] Lampiran Peraturan menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008, h. 48


[3] H. Darsono dan T Ibrahim (Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam Kelas VIII Madrasah Tsnawiyah , Aqila Tiga Serangkai Pustaka Mandiri 2008 ) h. 3- 14


[4] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran ( Jakarta: Kencana, 2007) h. 145


[5] http// macam- macam metode pembelajaran. Com diakses tanggal 23-03-15


[6] Wayun Nurkancana dan PPN Sunartana Evaluasi Hasil Belajar( Surabaya: Usaha Nasional, 2000) h.11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar