A.
PEMBAHASAN
a.
Pengertian
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran
dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/ topic
pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004:6) menyatakan bahwa pembelajaran
tematik merupakan suatu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan,
nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan
tema.[1]
Pembelajaran tematik meruakan salah satu model dalam pembelajaran
terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok,
aktif menggali dan merumuskan konsep serta prinsip- prinsip keilmuan secara
holistic, bermakna, dan autentik. Pembelajaran tematik berorentasi pada praktik
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.[2]
Secara sedarhana apa yang dimaksudkan dengan pembelajaran tematik
adalah kegiatan siswa bagaimana seorang siswa secara individual atau secara kelompok dapat menemukan keilmuan
yang holistic.[3]
Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud
sebagai uaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama
untuk mengimbangi padatnya kurikulum. Disamping itu, pembelajaran tematik akan
member peluang pembajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/
keterlibatan siswa dalam belajar. Keterpaduan dalam pelajaran ini dapat dilihat
dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.[4]
b.
Model
Pembelajaran Tematik
Menurut Trianto (2007),
model pembelajaran terkait atau connected model adalah pembelajaran yang
dilakukan dengan mengaitkan suatu konsep dengan konsep lain, mengaitkan suatu
pokok bahasan dengan bahasan berikutnya, mengaitkan satu keterampilan dengan
keterampilan lainnya, dan dapat juga mengaitkan pekerjaan hari itu dengan hari
yang lain, atau hari berikutnya dalam satu bidang studi.
Pada pembelajaran model ini kunci utamanya adalah adanya satu usaha
secara sadar untuk menghubungkan bidang kajian dalam satu disiplin ilmu.
(Sukayati, 2004: 6) Dengan demikian, Model terhubung (connected)
merupakan model integrasi inter bidang studi. Model ini secara nyata
mengorganisasikan atau mengintregrasikan suatu konsep, keterampilan atau kemampuan
yang ditumbuhkembangkan dalam suatu pokok bahasan atau subpokok bahasan yang
dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan yang
dikaitkan dengan konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok bahasan atau
sub bahasan lain, dalam satu bidang studi. Kaitan dapat diadakan secara spontan
atau direncanakan terlebih dahulu. Pengintegrasian ide- ide dipelajari tersebut
terdapat dalam satu semester atau catur wulan dengan semester catur wulan
berikutnya menjadi satu kesatuan yang utuh.[5]
Sehubungan dengan itu, model berbeda dengan teori, sebuah model
biasanya tidak dipakai untuk menjelaskan proses yang rumit; model dipakai untuk
menyerdahanakan proses dan menjadikannya lebih mudah dipahami. Model dipakai
untuk menunjukkan bagaimana sesuatu itu seperti sesuatu yang lain. Tetapi,
sebuah teori berusaha mendiskripsikan prooses yang mendasari fenomena yang
kompleks. Teori penguatan misalnya, adalah usaha untuk menerangkan mengapa
proses belajar itu terjadi. Namun berbeda dengan model, teori tidak berusaha
untuk menunjukkan seperti apakah belajar itu.[6]
Adapun yang dimaksud model pembelajaran dalam pembelajaran Tematik
ini merajuk pada pendapat Joyce dan Weil (1980: 1) adalah: “ A patters or
plan, which can be used to shaped a curriculum or course to select instruction
materials, and to guide a teacher’s actions yaitu sebuah pola atau rencananya, yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum atau kursus untuk memilih bahan ajar, dan
untuk membimbing tindakan guru.[7]
c.
Landasan
Pembelajaran Tematik
1.
Landasan
Filosofis
Pembelajaran tematik berangkat dari pemikiran filosofis tertentu
yang menekankan pada pembentukan kreativitas anak didik dengan pemberian
aktivitas yang di dapat dari pengalaman langsung dari lingkungannya yang
natural.
Pembelajaran tematik berlandaskan pada filsafat pendidikan
progresivisme, sedangkan progresivisme bersandar pada filsafat naturalism dan
pragmatisme. Disamping itu, pembelajaran tematik bersandar juga pada filsafat
pendidikan konstruktivisme dan humanisme.
Secara
filosofis bahwa anak didik mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan secara
signifikan dalam kehidupannya walaupun
bersifat evolusionis, kerena lingkungan hidup anak didik merupakan suatu dunia
yang berproses (becoming) secara evolusionis pula.
Pengetahuan
anak didik adalah kumpulan kesan- kesan dan informasi yang terhimpun dalam
pengalaman emperi yang particular dan seharusnya siap untuk digunakan.
2.
Landasan
psikologis
Secara teoritik
maupun praktik pembelajaran tematik berlandaskan pada psikologi perkembangan
dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam
menentukan isi/ materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada anak didik
agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap perkembangan peserta
didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/ materi
pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada anak didik dan bagaimana pula
anak didik harus mempelajarinya.
Pembelajaran
tematik dilakukan pada kelas awal ketika usia anak didik mencapai usia sekitar
6-9 tahun. Anak didik dalam rentangan usia ini demikian biasanya secara fisik
berkembang sedemikian rupa dan sudah dianggap matang untuk belajar di sekolah
formal. Ia dapat melakukan sesuatu secara mandiri, seperti makan, minum, mandi
berpakaian, dan sebagainya. Secara psikis mereka telah dianggap matang dalam
membedakan satu benda dengan benda lainnya dan kemampuan bahasa sudah cukup
untuk menterjemahkan isi pikirannya. Sedangkan secara emosional ia telah dapat
mengontrol emosinya. Untuk perkembangan kecerdasannya ditunjukkan dengan
kemampuannya mengelompokkan objek, berminat terhadap angka dan tulisan,
meningkatkan pembendaharaan katanya, senang berbicara dan sebagainya.[8]
3.
Landasan
Teoritik dan Empirik Pembelajaran Tematik
Peserta didik sekolah
dasar kelas awal yaitu kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini
merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi kehidupan seseorang,
kerena pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga
akan berkembang secara optimal. Pada usia dini tersebut, berbagai kecerdasannya
seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat pesat, dan tingkat
perkembangannya masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistic), serta memahami hubungan
antar konsep secara sedarhana, proses pembelajaran masih bergantung pada objek
konkrit dan pengalaman langsung,[9]
d.
Ruang
Lingkup Pembelajaran Tematik
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh
mata pelajaran Pendidikan Agama, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan
Alam, Pendidikan Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan
Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.[10]
e.
Ciri-ciri
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki cirri cirri atau karakteristik sebagaimana
di ungkapkan dalam www. Pppg tertulis or id. Sebagai berikut: 1)
berpusat pada siswa, 2) memberikan pengalaman langsung kepada siswa, 3)
pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas, 4) menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu pelajaran,
5) bersifat flexible, 6) hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat,dan kebutuhan siswa.[11]
Sehubung dengan hal tersebut diungkapkan pula dalam www.p3gmatis.ga.id download/ SD karakteristik pembelajaran
terpadu/ tematik sebagai berikut: 1)
pembelajaran berpusat pada anak, 2) menekankan pembentukan pemahaman dan
kebermaknaan, 3) belajar melalui pengalaman langsung, 4) lebih memperhatikan
proses daripada hasil semata, 5) sarat dengan muatan keterkaitan.[12]
f.
Strategi
Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah salah satu strategi pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran satu
dengan yang lainnya sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna pada siswa.
Tema menjadi pokok pembicaraan atau gagasan yang mudah memusatkan siswa pada
satu tema tertentu. Dengan strategi pembelajaran tematik ini, siswa akan lebih
focus dan konsentrasi sehingga pemahaman terhadap suatu materi akan lebih
mendalam. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara
aktif. Siswa tidak hanya dijadikan sebagai objek, tetapi dituntut aktif untuk
terlibat langsung di lapangan. Keterlibatan aktif akan membuat siswa memperoleh
pengalaman yang luas. Pengalaman inilah yang akan membawa siswa mampu
menghubungkan antara satu konsep dengan konsep lain.
Pembelajaran tematik menekankan belajar sambil melakukan sesuatu.
Pengalaman guru menjadi penting untuk memadukan antara teori dan praktis serta
memberikan makna belajar pada siswa. Pengalaman belajar guru akan memberikan
makna belajar yang sesungguhnya pada siswa. Konsep pembelajaran tematik secara
tidak langsung akan membentuk skema
konseptual dari materi pembelajaran sehingga ada proses kesinambungan dan pertautan antara materi
yang dulu dengan sekarang. Pada saat itulah siswa akan mengetahui mata rantai
pengetahuan konseptual.
Ada beberapa cirri utama dari strategi pembelajaran tematik, yaitu:
1.
Pengalaman
dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tinngkat perkembangan;
2.
Beberapa
bentuk kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik selalu
bertolak dari minat dan kebutuhan siswa;
3.
Proses
belajar mengajar akan menimbulkan kesan yang lebih bagi siswa sehingga hasil
dari belajar mampu bertahan lama;
4.
Strategi
tematik ini membantu keterampilan siswa dalam berpikir;
5.
Menyajikan
pelajaran yang lebih realities sesuai dengan tingkat permasalahan yang terjadi
pada siswa;
6.
Mengasah
dan mengambangkan potensisosial pada anak, layaknya toleransi, kerjasama, dan
tanggap terhadap berbagai perbedaan yang dimiliki oleh orang lain.[13]
Dan ada beberapa manfaat penting dari strategi pembelajaran tematik
ini yaitu, sebagai berikut
1.
Siswa
lebih mudah untuk memusatkan perhatian pada satu tema tertentu
2.
Siswa
bisa mempelajari pengetahuan serta mengembangkan berbagai kompetensi dasar
antar pelajaran dengan tema yang sama.
3.
Kompetensi
dasar dapat dikembangkan secara lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran
lain dengan pengalaman pribadi siswa.
4.
Siswa
mampu memahami materi pelajaran secara lebih mendalam
5.
Siswa
bisa mengetahui dan merasakan manfaat dari belajar kerena materi yang disajikan
dengan tema yang jelas.
6.
Guru
bisa menghemat waktu kerena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat
dipersiapkan secara sekaligus sehingga ini bisa berlangsung dua atau tiga kali
pertemuan.[14]
g.
Hal-
hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembelajaran Tematik
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembelajaran
tematik, yaitu:
1.
Pembelajaran
tematik dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan
utuh.
2.
Dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik perlu mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap topic, banyak
sedikit bahan yang tersedia di lingkungan.
3.
Pilihlah
dengan tema yang terdekat dengan siswa.
4.
Lebih
mengutamakan kompetensi dasar yang akan dicapai daripada tema.[15]
h.
Rambu-rambu
Pembelajaran Tematik
Ada beberapa rambu-rambu dasar yang mesti dipahami dalam
pembelajaran tematik. Berikut adalah rambu- rambu pembelajaran tematik.
1.
Tidak
semua mata pelajaran itu bisa dipadukan
2.
Bisa
terjadi penggabungan kompetensi dalam satu semester
3.
Kompetensi
dasar yang tidak bisa dipadukan, jangan paksa menggabungkan kerna akan
mengakibatkan kerancuan. Lebih baik dipindahkan dan dipelajari secara mandiri.
4.
Kemampuan
belajar pada anak lebih ditekankan pada kemampuan untuk membaca, menulis,
berhitung, serta penanaman nilai- nilai moral.
5.
Tema
yang sesuai harus disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat dan lingkungan
serta daerah setempat.
i.
Implementasi
Pembelajaran Tematik di Sekolah
Apabila pembelajaran tematik ini diimplementasikan di sekolah, aka
nada beberapa implikasi, baik bagi guru, sarana dan prasarana, dan pengaturan
ruangan.
1.
Guru
akan dituntut untuk lebih kreatif dalam menyiapkan materi pembelajaran, memilih
kompetensi dari berbagai pelajaran, serta mengemas dan menyuguhkan mata
pelajaran jadi menarik, menyenangkan dan membuat siswa gembira
2.
Siswa
mesti mengikuti proses pembelajaran yang bisa memungkinkan bekerja secara
individu atau kelompok atau bahkan cara- cara klasik. Semua itu tergantung pada
sejauh mana kemampuan guru untuk mencari pilihan yang terbaik bagi siswa dalam
mencari metode pembelajaran. Yang terpenting bagi siswa bisa mengikuti
pembelajaran secara variatif.
3.
Pelajaran
tematik memerlukan sarana dan prasarana yang lebih kompleks. Pembelajaran ini
kadang memerlukan desain khusus maupun sumber belajar yang ada di lingkungan
yang siap di manfaatkan secara praktis. Pembelajaran ini memerlukan media
pembelajaran bervariasi untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep- konsep
yang abstak.
4.
Pembelajaran
tematik juga membutuhkan pengaturan ruangan. Pengaturan ruangan itu meliputi,
penyesuaian pengukuran ruangan dengan tema yang disajikan, pengaturan bangku
peserta didik yang sesuai dengan tema, kegiatan tak melulu di dalam ruangan,
tetapi juga bisa dilakukan di luar ruangan.
j.
Tahap
Persiapan Pelaksanaan
Sebelum melakukan proses pembelajaran tematik, ada beberapa tahapan
persiapan pelaksanaan yang mesti diperhatikan oleh guru. Tahapan pelaksanaan
itu meliputi:
1.
Pemetaan
Kompetensi Dasar
Pemerataan ini bertujuan agar dapat memperoleh gambaran yang
menyeluruh semua standar kompetensi dasar serta indicator dari berbagai mata
pelajaran yang telah dipadukan sesuai tema yang dipilih. Untuk itulah ada
beberapa kegiatan yang mesti dilakukan.
Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam
indicator. Dalam melakukan penjabaran ini ada beberapa hal yang mesti
diperhatikan.
a)
Indicator
mesti dikembangkan sesuai dengan karakter siswa
b)
Indicator
mesti dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
c)
Dirumuskan
dalam kerja operasional yang terukur dan bisa diamati.[16]
Ø Contoh kompetensi dasar dan indicator dari mata pelajaran yang akan
dipadukan
Bahasa
Indonesia
|
Matematika
|
Pengatahuan
Alam
|
Kerajinan
Tangan dan Kesenian
|
Mendengarkan
|
Bilangan
cacah sampai dengan tiga angka
|
Makhluk hidup
dan berproses kehidupan
|
Rupa: Gambar
ekspresi
|
Berbicara
|
|
Benda dan
sifatnya
|
Gambar
imajinatif
|
Membaca
|
|
Energy dan
perubahannya
|
Objek
imajinatif
|
Menulis
|
|
|
Ritme (warna,
garis)
|
Berdasarkan pemetaan aspek dalam setiap mata pelajaran sebagaimana
tercetak tebal di atas dan bercetak miring di atas, maka selanjutnya dapat
ditetapkan kompetensi dasar dan indicator dari setiap mata pelajaran
sebagaimana terlihat dalam table berikut.
Contoh
kompetensi dasar dan indicator dari Mata Pelajaran yang Telah Dipadukan
Bahasa Indonesia
|
Matematika
|
Pengetahuan Alam
|
Kerajinan Tangan dan Kesenian
|
Mendiskripsikan
binatang di sekitar
(secara
lisan)
|
Memahami
konsep urutan bilangan cacah
|
Mendiskripsikan
bagian- bagian yang tampak pada hewan di sekitar rumah dan sekolah
|
Menanggapi
berbagai unsure rupa, bintik, garis, bidang, warna, dan bentuk.
|
2.
Menentukan
tema
Untuk menentukan tema, ada
dua cara. Cara pertama adalah mempelajari standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang termuat dalam masing masing mata pelajaran. Cara yang kedua adalah
menetapkan terlebih dahulu tema- tema tematik, untuk menentukan tema guru bisa
bekerjasama dengan siswa.[17]
Ø Penentuan ruang lingkup tema dalam model pembelajaran tematik
TEMA
|
Anak Tema 1
|
Anak Tema 2
|
Anak Tema 3
|
Anak tema 4
|
Materi 1
|
Materi 2
|
Materi 3
|
Materi 4
|
Sebagai contoh tema tentang “ Binatang” dapat dikembangkan menjadi
anak tema/ sub tema binatang yang ada di darat, binatang yang ada dilaut dan
binatang yang ada di udara. “ Kegemaranku” dapat di kembangkan menjadi anak
tema/ sub tema menjadi ; Gemar Olahraga, Gemar Berhitung, Gemar menggambar, dan
Gemar Membaca. Dan tentang “pengalaman” dapat di kembangkan menjadi anak tema;
Pengalaman yang menyenangkan, pengalaman yang menyedihkan, dan pengalaman yang
lucu atau menggelikain.[18] Dan sebagai contoh tentang “Materi” jabarkan
(tuliskan) pokok- pokok materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
mencapai “ kompetensi dasar dan indicator yang telah ditetapkan”.[19]
3.
Prinsip
Penentuan Tema
Dalam menentukan tema, ada beberapa prinsip penting yang mesti
diperhatikan, yaitu mengambil materi yang mudah menuju materi yang sulit, dari
yag sedarhana menuju yang kompleks, dari yang konkrit menuju yang astrak, dan
yang terpenting tema yang dipilih disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan
siswa.
4.
Menetapkan
Jaringan Tema
Agar proses pembelajaran lebih sistematis dan terpadu, buatlah
jaringan tema yang bisa menghubungkan kompetensi dasar dengan indicator. Dengan jaringan tema itu
akan terlihat saling berkaitan antar tema, kompetensi dasar, dan indicator.
Jaringan pengetahuan seperti inilah yang membuat siswa mudah untuk memahami dan
mendalami.
Contoh Bagan Keterhubungan
Tema dalam Pembelajaran Tematik
BAHASA INDONESIA
Mendiskripsikan binatang sekitar
|
MATEMATIKA
Memahami konsep
Bilangan cacah
|
Tema:
BINATANG
|
PENGETAHUAN ALAM
Mendiskripsikan bagian – bagian yang tampak pada hewan di
sekitar rumah dan sekolah
|
KERAJINAN TANGAN DAN KESENIAN
Menanggapi berbagai unsur rupa: bintik, garis, bidang, warna
bentuk
|
Dari
bagan keterhubungan di atas dapat diuraikan secara lebih lengkap dalam contoh
matriks berikut:
MATA PELAJARAN
|
KOMPETENSI DASAR
|
INDIKATOR
|
Bahasa Indonesia
|
Mendeskripsikan binatang di sekitar
|
Menirukan gerak dan suara binatang tertentu, menjelaskan cirri-
cirri binatang secara rinci (nama, cirri khasnya, suaranya, habitatnya)
dengan pilihan kata
|
Pengetahuan Alam
|
Mendiskripsikan bagian- bagian yang tampak pada hewan di sekitar
rumah dan sekolah
|
Membuat daftar bagian- bagian utama tubuh hewan( kucing, burung,
ikan) dan kegunaannya dari hasil pengamatan;
Menirukan berbagai suara hewan yang ada di lingkungan sekitar;
Menggambar sedarhana hewan dan menamai bagian- bagian utama
hewan;
Menceritakan cara hewan bergerak berdasarkan pengamatan misalnya:
menggunakan kaki, perut, sayap dan sirip.
|
Matematika
|
Memahami urutan bilangan cacah
|
Menyebutkan banyaknya benda;
Membaca dan menulis lambing bilangan dengan kata kata dan angka;
Menentukan bahwa kumpulan
benda lebih banyak, lebih sedikit, atau sama dengan kumpulan lain.
|
Kerajinan Tangan dan Kesenian
|
Menanggapi berbagai unsur rupa: bintik, garis, bidang, warna,
bentuk.
|
Mengungkapkan perasaan ketertarikan pada objek yang diamati dari
berbagai unsur rupa dan perpaduannya.[20]
|
5.
Penyusunan
Silabus
Beberapa tahapan yang telah disebutkan
sebelumnya bisa menjadi dasar untuk menyusun silabus. Komponen silabus yang
terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator, pengalaman
belajar, dan sumber serta penilaian bisa disusun berdasarkan tahapan- tahapan
tersebut.
6.
Penyusunan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP disusun untuk keperluan guru
dalam melakukan proses belajar- mengajar. RPP adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Ada beberapa
komponen rencana pembelajaran tematik, yakni:
a)
Identitas
sebuah mata pelajaran;
b)
Standar
kompetensi;
c)
Kompetensi
dasar;
d)
Indicator
pencapaian kompetensi;
e)
Tujuan
pembelajaran;
f)
Materi
ajar serta beberapa uraian yang perlu untuk dipelajari siswa untuk mencapai
kompetensi dasar dan indicator;
g)
Alokasi
waktu;
h)
Metode
pembelajaran yang harus dipakai untuk menyampaikan materi dalam rangka mencapai
kompetensi dasar dan indicator.
i)
Melakukan
penilaian dan tindak lanjut;
j)
Sumber
belajar, alat serta fasilitas yang digunakan untuk mncapai kompetensi dasar dan
sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran tematik sesuai dengan
kompetensi dasar yang dikuasai.[21]
k.
Peran
dan Pemilihan Teman dalam Pembelajaran Tematik
Tema dalam pembelajaran tematik mempunyai peran antara lain:
1.
Siswa
lebih mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topic tertentu;
2.
Siswa
dapat mempelajari pengetahuan dan mengambangkan berbagai kompetensi mata
pelajaran dalam tema yang sama;
3.
Pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4.
Kompetensi
berbahasa bisa lebih dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran
lain dengan pengalaman pribadi siswa;
5.
Siswa
lebih merasakan manfaat dan makna belajar materi yang disajikan dalam konteks
tema yang jelas;
6.
Siswa
lebih bergairah belajar kerena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang
nyata;
7.
Guru
dapat menghemat waktu kerena mata pelajaran yang di sajikan secara terpadu
dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan 2 atau 3 kali.
Pemilihan tema dalam pembelajaran tematik dapat berasal dari guru
dan siswa. Pada umumnya guru memilih tema dasar dan siswa menentukan unit
temanya. Tema juga dapat dipilih berdasarkan pertimbangan consensus antarsiswa.
l.
Kelebihan
dan Kekurangan dalam Pembelajaran
Tematik
Pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan, kelebihan yang dimaksud yaitu:
a)
Menyenangkan
kerena bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
b)
Pengalaman
dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa.
c)
Hasil
belajar akan bertahan lama kerena lebih berkesan dan bermakna.
d)
Menumbuhkan
keterampilan social, seperti bekerjasama, toleransi, komonikasi, dan tanggap
terhadap gagasan orang lain.
Pembelajaran tematik disamping memiliki kelebihann sebagaimana
dipaparkan di atas, juga terdapat beberapa kekurangan yang di timbulkannya,
yaitu;
a)
Guru
di tuntut memiliki keterampilan yang tinggi.
b)
Tidak
setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengan konsep konsep yang ada
dalam mata pelajaran secara tepat.
[1] Suryosubroto B,
Proses Belajar Mengajar Disekolah, (Jakarta: Reneka Cipta, 2009), h. 133
[2] Rusman, Model-
Model Pembelajaran: Mengembangkan
profesionalisme Guru, ( Jakarta: Rajawali Press 2012), h. 254
[3] Abd. Kadir dan
Hanun Asrohah, Pembelajaran Tematik, (Jakarta: RajaGrapindo Persada,
2014), h. 6
[4] Soryosubroto
B, op.cit., h. 133
[5] Abd. Kadir dan
Hanun Asrohah, op.cit., h. 39
[6] Hergenhahn
Mattew H. Olson, Theories Of Learning (Teori Belajar), (Jakarta:
Kencana, 2009) h. 24
[7] Lif Khoiru
Ahmadi, dan Sofan Amri, Pengembangan
& Model Pembalajaran Tematik Integratif,
(Jakarta: Prestasi Pustaka Publesher, 2014) h. 55
[8] Abd Kadir dan
Hanun Asrohah, op.cit., h. 18
[9] Lif Khoiru
Ahmadi dan Sopan Amri, op.cit., h 89
[10] Rusman, op.cit.,
h. 260
[11] Soryosubroto B,
op.cit., h. 134
[12] Ibid., h. 135
[13] Rudi Hartono,
Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid ( Yogyakarta: Diva Press, 2013)
h. 156
[14] Ibid.,
h. 167
[15] Suryosubroto
B, op.cit., h. 136
[16] Rudi Hartono,
op.cit., h. 175
[17] Ibid.,
h.175
[18] Rusman,
op.cit., h. 263
[19] Ibid.,
h. 267
[20] Rusman, op.cit.,
h. 264
[21] Rudi Hartono, op.cit.,
h. 174
Tidak ada komentar:
Posting Komentar